Breaking News
Loading...
  • New Movies
  • Recent Games
  • Tech Review

Tab 1 Top Area

Tech News

Game Reviews

Recent Post

Friday 12 August 2016
no image

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS + DIABETIC FOOT

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
         Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2011). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo (2009) Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) jika insulin tidak aktif ,glukosa masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam darah meningkat. Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ) jumlah insulin cukup,mungkin malah lebih banyak tetapi  reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sensitif. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang hingga 50-60 % dari normal dan jumlah sel alfa meningkat baik pada diabetes melitus tipe 1 maupun diabetes mellitus tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kdar itu melewati batas ambang ginjal, glukosa tersebut akan keluar melalui urin. Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan mengalami penurunan dengan cepat, biasanya akan mengalami penurunan nutrisi kurang dari tubuhnya. (Sujano & Sukarmin,2008).
Jumlah diabetes didunia yang tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara mencengang dan melonjak naik ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara sedang berkembang,hampir seluruh diabetes tergolong sebagai penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok masyarakat yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Zimmer,1991). Menurut world health organization (WHO) Indonesia menjadi Negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah kurang lebih 8,6 % pada tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan kenaikan 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (Darusman,2009).  Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 1982 hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase tersebut terus menanjak mencapai angka 5,75 % dan 13,6 % ,77 demikian berturut-turut hingga pada tahun 1992 dan 2001 (Farmacia,2003).
Pada tahun 2003, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk di dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus. Di Indonesia penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 jumlah mencapai 8,4 juta jiwa, pada tahun 2003 sekitar 13.797.470 jiwa sedangkan 2005 mencapai 24 juta jiwa. Penelitian epidemiologis di Indonesia menunjukan bahwa prevalensi nasional diabetes mellitus pada tahun 2007 pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun adalah sebesar 5,7%.
Di Kalimantan selatan, prevalensi diabetes mellitus sebesar 11,1%. Pada tahun 2004-2008 di Kalimantan selatan di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah pasien diabetes mellitus rawat jalan tercatat sebanyak 22.406 orang dan pasien diabetes mellitus rawat inap sebanyak 2.625 orang.
Pada diabetes mellitus tipe 2 biasanya memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Nutrisi biasanya menjadi masalah utama sehingga terapi nutrisi diabetes tipe 2 merupakan hal penting. Penurunan berat badan akan meningkatkan pengendalian glukosa darah . asupan kolesterol pada diabetes mellitus tipe 2 kurang dari 300 mg sehingga pasien diabetes tipe 2 menghadapi resiko tinggi terkena penyakit atau gangguan kardiovaskular ( Suprajitno,2004).
Latar belakang kami membahas tentang penyakit ini karena sampai sekarang masih banyak penderita diabetes mellitus. Masyarakat hanya mengetahui penyebab penyakit ini adalah faktor genetik dan pola hidup tapi ternyata ketidaktahuan dan kurang informasi tentang penyakit tersebut padahal sudah jelas penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi.

B.   Rumusan Masalah
          Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit diabetes mellitus, rumusan masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot ?”


C.   Tujuan
1)    Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus sesuai standar keperawatan.
2)    Tujuan Khusus
                    a.        Mengetahui pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot beserta keluarganya.
                    b.        Mampu menganalisa data pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
                    c.        Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
                    d.        Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
                    e.        Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot
                     f.        Mengetahui evaluasi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.

D.   Manfaat
1)    Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
2)    Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
3)    Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.


4)    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot terutama dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Pengertian
               Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan soegondo,2009).
               Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki. (Misnadiarly, 1997). Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. (Askandar, 2000).

B.   Etiologi
               Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada diabetic foot-ulcer. (Sarwono Waspadji,2006).
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg/dl.

C.   Patofisiologi
               Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada  tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). (Arisman,2011)
               Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner & Suddarth,2002)
               Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cara cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Newsroom,2009)
               Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. (Santosa,budi.2007)
               Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan di pertahankan pada tingkatan yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II. Namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan        keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah misalnya diabetic foot.(suprajitno,2004)
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg/dl. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.


























D.   Pathway
Pathway Diabetes Melitus -Pabrik Pathway-
E.    Manifestasi Klinik
               Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a.    Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b.    Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.    Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
               Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996). Penyakit pada penderita diabetes bagian kaki dengan gejala  dan tanda sebagai berikut : 
a.  Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
b.  Adanya kalus ditelapak kaki
c.  Nyeri saat istirahat.
d.  Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

F.    Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
a. Hipoglikemia
          Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).




b.    Hiperglikemia
          Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
c.    Penyakit makrovaskuler seperti Penyakit pembuluh darah
d.    Ulkus/gangren
e.    Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

G.   Penatalaksanaan
1.     Medis
     Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
(Corwin,EJ.2009)
                          a.        Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1)  Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)  Mengarahkan pada berat badan normal
3)  Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4)  Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5)  Menarik dan mudah diberikan



Prinsip diet DM, adalah :
1)  Jumlah sesuai kebutuhan
2)  Jadwal diet ketat
3)  Jenis : boleh dimakan / tidak
          Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
                                        a.    jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
                                        b.    jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
                                        c.    jenis makanan yang manis harus dihindari
     Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung.
                             b.        Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah
1)        Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
2)        Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
3)        Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
4)        Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
                             c.        Obat obatan
1)    Insulin
          Dilakukan dengan injeksi subkutan Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan.
2)    Cangkok pankreas   
          Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.
                             d.        Ulkus kaki diabetic
1)    Debridement local radikal pada jaringan sehat
2)    Terapi antibiotik sistemik uuntuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotik, misalnya ciprofloxacin, ofloxacin
2.     Keperawatan
           Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Anamnese (Asman,2006)
                 a.        Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
                 b.        Riwayat kesehatan sekarang
Kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
                 c.        Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
                 d.        Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
                 e.        Riwayat psikososial
Informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
                  f.        Kaji terhadap manifestasi diabetes mellitus
poliuria, polidipsia, polifagia,penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
                 g.        Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus. (manaf.2006)
                 h.        Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
1)    Keadaaan umum
Pemeriksaan  tanda - tanda vital, tingkat kesadaran, dan antropometri
TTV : TD/BP, F, RR, T
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor/semicoma, coma
Antropoometri : TB/PB, BB
2)    Kulit
Sistem integument/kulit, keadaan umum kulit, kebersihan, integritas kulit, tekstur, kelembaban, adanya ulkus/luka, turgor kulit, warna kulit dan bentuk kelainan dari kulit
3)    Kepala dan Leher
Pengkajian daerah kepala, distribusi rambut, keadaan umum kepala, kesimetrisan, adanya kelainan pada kepala secara umum.
Pengkajian leher ada atau tidaknya pelebaran vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, keterbatasan gerak leher dan kelainan lain.
4)    Penglihatan dan Mata
Pengkajian daerah mata dan fungsi sistem penglihatan, keadaan mata secara umum, konjungtiva (anemis, jaundice, peradangan dan trauma), adanya banormalitas pada mata/kelopak mata, visus, daya akomodasi mata, penggunaan alat bantu penglihatan, kelainan/gangguan saat melihat/membaca



5)    Penciuman dan Hidung
Pengkajian daerah hidung dan fungsi system penciuman, keadaan umum hidung, jalan nafas/adanya sumbatan pada hidung, polip, peradangan, secret/keluar darah/pus, kesulitan bernafas, cuping hidung/adanya kelainan bentuk dan kelainan lain
6)    Pendengaran dan Telinga
Pengkajian daerah telinga dan fungsi sistem pendengaran, keadaan umum telinga, gangguan saat mendengar, penggunaan alat bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan kelainan lain
7)    Mulut dan Gigi
Pengkajian mulut dan fungsi organ pencernaan bagian atas, keadaan umum mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, faring), adanya kelainan bentuk atau kelainan lain
8)    Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Pengkajian dada dari hasil inspeksi (perkembangan/akspansi dada, kesimetrisan dada), palpasi (kesimetrisan dada, taktil fremitus), perkusi ( paru : resonan, adanya penumpukan secret/cairan/darah), auskultasi ( pernafasan : suara nafas, jantung : bunyi jantung).
Sirkulasi : perfusi darah ke perifer, warna ujung-ujung jari, bibir, kelembaban kulit, urine output, keluhan pusing, pandangan kabur saat berubah posisi, Capiler Refill Time/CRT. Keluhan lain seperti dada berdebar-debar, nyeri dada dan sesak nafas.
9)    Abdomen
Inspeksi       : keadaan umum abdomen, pergerakan                                              nafas, adanya benjolan, warna kulit
Auskultasi   : peristaltik usus per menit
Palpasi        : adanya massa pada abdomen, turgor kulit,                                        adanya  asites
Perkusi        : bunyi timpani, hipertimpani untuk perut                                               kembung, pekak untung jaringan padat

10) Genetalia dan Reproduksi
Pengkajian tentang keadaan umum alat genetalia dan fungsi sistem reproduksi, kelianan pada bentuk anatomi dan fungsi genetalia. Keluhan dan gangguan pada sistem reproduksi
11) Ekstremitas Atas dan Bawah
Pengkajian ekstremitas atas dan bawah, rentang gerak, kekuatan otot, kemampuan melakukan mobilisasi, keterbatasan gerak, adanya trauma/kelianan pada kaki/tangan, insrsi infuse, keluhan/gangguan lain
                  i.        Kebutuhan fisik, psikologi, soaial dan spiritual
1)     Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit /saat sakit)
Di rumah                 : kebisaan, aktivitas, pola istirahat,                                                       gangguan aktivitas
Di RS                      : kemampuan beraktivitas, gangguan                                                  aktivitas
2)     Kebersihan Personal
Di rumah                 : kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi                                           
Di RS                      : gambaran umum kebiasaan klien,                                                    kemampuan perawatan diri
3)     Nutrisi         
Di rumah                 : kebisaan makan, pantangan, makanan                                             yang bisa menyebabkan alergi
Di RS                      : pola makan, gangguan makan, diet yang                                         diberikan
4)     Eliminasi (BAB dan BAK)
Di rumah                 : kebiasaan/pola BAB dan BAK,                                                           keluhan/gangguan saat eliminasi
Di RS                      : pola BAB/BAK, perubahan pola eliminasi.
5)     Seksualitas
Pola seksualitas, keluhan seksualitas
6)     Psikososial
Hubungan klien dengan orang lain, hubungan klien dengan keluarga, orang terdekat, hubungan klien dengan tenaga kesehatan, keadaan psikologis klien, penerimaan dan harapan klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien tentang penyakitnya.
7)     Spiritual
Kepercayaan klien terhadap tuhan, keyakinan klien tentang sakit yang dideritanya.

H.   Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
2.      Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum
3.      Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh
4.      Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan
5.      Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan

I.      Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
Pain level
Pain control
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

1.    Mampu mengontrol nyeri
2.    Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.    Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Pain Management

1.    Monitor tanda tanda vital
2.    Observasi ketidak nyamanan non verbal
3.    Lakukan pengkajian yang komprehensif (meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
4.    Ajarkan teknik non farmakologi misalnya relakssasi, distraksi, nafas dalam
5.    Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik


2.
Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum

Energy Conservation

Activty tolerance

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan klien meningkatkan ambulasi atau aktivitas dengan kriteria hasil :

1.    Mampu meningkatkan aktivitas sehari-hari secara mandiri
2.    Mampu berpindah dengan atau tanpa alat bantu
3.    Tanda-tanda vital normal
Activty Therapy

1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3.    Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik ,psikologi dan sosial
4.    Jelaskan pentingnya ROM seperti miring kanan miring kiri dll
5.    kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
3.
Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh

Immune status
Knowledge : infection control

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi   dengan kriteria hasil

1.    Klien bebas dari tanda dan gejalan infeksi
2.    Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.    Menunjukan perilaku hidup sehat
4.    Jumlah leukosit dalam batas normal

Infection control

1.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.    Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
3.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
4.    Tingkatkan intake nutrisi yang adekuat
5.    Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
4.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan

Nutritional status : food and fluid intake

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi lebih  kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasil
1.    BB normal sesuai dengan TB
2.    Mrngerti faktor yang meningkatkan BB
3.    Memodifikasi diet untuk mengontroll berat badan
4.    Tanda tanda vital normal

Nutrition Management

1.    Monitor ttv
2.    Dorong pasien untuk mengubah kebiasaan makan
3.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
5.
perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan
Circulation status
Tissue prefusion : cerebral

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan tidak efektif tidak terjadi dengan kriteria hasil
1.    Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
2.    Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
3.    Tanta tanda vital normal
Peripheral sensation management

1.    Monitor TTV
2.    Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
3.    Monitor adanya tromboflebitis
4.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik



BAB III
TINJAUAN KASUS
      I.        Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian                     : Senin, 13 Juni 2016
A.    IDENTITAS                
1.    IDENTITAS KLIEN         
Nama                               : Ny. S
Jenis Kelamin                   : Perempuan
Umur                                : 46 Tahun
Pendidikan                       : SD
Pekerjaan                         : Ibu Rumah Tangga
Alamat                              : banjarmasin
Status Perkawinan           : Menikah
Agama                              : Islam
Suku/Bangsa                    : Banjar
Tanggal Masuk RS          : 9 Juni 2016
Diagnosa Medis               : Diabetes Melitus type II + Diabetic                                                     Foot
Nomor Rekam Medik      : 30-xx-xx

2.    IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama                               : Ny. K
Jenis Kelamin                   : Perempuan
Umur                                : 29 Tahun
Pekerjaan                         : -
Alamat                              : Banjarmasin
Hubungan dengan klien   : Anak

B.    RIWAYAT KESEHATAN
1.    Keluhan Utama
     Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan yang luka

2.    Riwayat Kesehatan sekarang
     Kurang lebih 15 hari sebelum masuk RS pasien sudah mengalami bengkak bengkak kemerahan pada kaki dan ada luka kecil bekas digigit tikus pada kaki kanan, kemudian oleh keluarga pasien luka dibersihkan dengan larutan air biasa yang dicampur dengan “daun insulin” yang ditumbuk halus, pasien tidak pernah menyuntik lagi insulin yang diberi RS dan tidak pernah lagi kontrol ke RS untuk memeriksakan penyakitnya. Karena bertambah badan lemas, pusing, mual muntah, tidak nafsu makan 10 hari dan dibawa ke IGD RS Ansari Saleh saat diperiksa dengan kadar gula darah 519 mg/dl. Kemudian pasien dianjurkan rawat inap. Pada saat pengkajian tanggal 13 Juni 2016 klien mengeluh nyeri pada kaki, perut mual.

3.    Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sekitar 7 bulan yang lalu pernah masuk rumah sakit dengan riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah lagi kontrol ke poli.

4.    Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti klien.

C.   PEMERIKSAAN FISIK
1.    Keadaan Umum
·         Tanda Tanda Vital
BP                    : 110/70 mmHg
F                      : 83x/menit
 RR                  : 21x/menit
T                      : 36oC
·         Tingakat Kesadaran
Composmentis
·         Antropometri
PB/TB             : 152 cm
BB                   : 57 kg


2.    Kulit
     Keadaan umum kulit klien baik, kulit klien tampak bersih, membran mukosa kering, turgor kulit < 3 detik, adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, tidak ditemukan adanya edema pada kulit.

3.    Kepala dan Leher
     Distribusi rambut merata, adanya uban pada rambut, tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan adanya keterbatasan gerak, tidak ditemukan adanya pembesaran atau pelebaran vena jugularis, kepala dan leher klien terlihat simetris.

4.    Penglihatan dan Mata
     Struktur mata simetris kanan dan kiri, tidak menggunakan kacamata,pergerakan mata normal kesegala arah , skelera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tampak adanya kantung mata.

5.    Penciuman dan Hidung
     Keadaan hidung dan fungsi penciuman secara umum baik, tidak ditemukan adanya sumbatan jalan nafas, tidak ditemukan adanya polip dan peradangan, struktur hidung simetris kanan dan kiri.

6.    Pendengaran dan telinga
     Struktur telinga kanan dan kiri simetris, fungsi pendengaran telinga baik tidak ada gangguan dalam sistem pendengaran.




7.    Mulut dan Gigi
     Mukosa bibir klien terlihat kering, tidak terdapat kelainan bentuk pada gusi dan gigi, tidak terdapat peradangan pada mulut.

8.    Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
a.    Inspeksi
          Dada tampak simetris kanan dan kiri, tidak ada barel chest, funnel chest, dan pegeon chest, tidak ada deviasi lordosis. Tidak deviasi lordosis, kifosis dan skoliosis.
b.    Palpasi
Taktil premitus teraba pada thorak dekstra dan sinistra, tidak ada retraksi dinding dada, ekspansi paru simetris dekstra dan sinistra.
c.    Perkusi
          Terdengar bunyi paru sonor pada thorak dekstra dan sinistra, tidak terdapat penumpukan cairan dan massa
d.    Auskultasi
Suara nafas normal ( vesikuler )

Sirkulasi            : CRT < 2 detik, tidak   terdapat   nyeri dada dan sesak nafas, ujung ujung jari klien   berwarna pink kekuning kuningan

9.    Abdomen
a.    Inspeksi
           Keadaan umum abdomen baik, tidak terdapat benjolan, kulit dalam keadaan bersih
b.    Auskultasi
           Peristaltik usus 12x per menit
c.    Palpasi
          Tidak terdapat adanya massa, tidak terdapat benjolan saat diraba, terdapat nyeri tekan pada abdomen  area epigastrium dengan skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan ).
P : mual muntah
Q : Hilang timbul
R : Epigastrium
S : 1-10 = 3 (nyeri ringan)
T : Tidak menentu

d.    Perkusi
Terdengar bunyi timpani pada abdomen area umbilikal saat di perkusi

10.  Genetalia dan Reproduksi
     Klien berjenis kelamin perempuan, klien mengatakan tidak ada memiliki keluhan pada genetalia, klien tidak terpasang DC.

11.  Ekstremitas Atas dan Bawah
·         Ekstremitas Atas         : klien terpasang infus RL 30 tpm                                                         pada ekstremitas dekstra , tidak                                                           terdapat  kelainan bentuk, skala                                                     otot 4.
·         Ekstremitas Bawah     : Tidak terdapat kelainan bentuk,                                             ada luka yang masih basah pada                                                ekstremitas bawah dekstra area                                            metatarsal dengan luas luka                                                   masing - masing 3 cm dan 2 cm                                                 dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5                                       cm, banyak terdapat puls dan                                                 jaringan nekrotik  serta merasa                                                  nyeri saat di palpasi, skala otot 4.

P : Luka gangren pada ekstremitas bawah dekstra area    metatarsal
Q : Terbakar
R : Ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
S : 1- 10 = 6 ( nyeri sedang )
T : Hilang timbul
Ket Skala Otot :
0 :        Otot sama sekali tidak mampu bergerak
1  :       Tampak kontaksi atau ada sedikit gerakan
2  :       Mampu menahan gaya gravitasi
3  :       Mampu menahan tegan walaupun sedikit didorong   tetapi tidakmampu menahan tekan
4 :        Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
5 :        Kekuatan utuh
            Ekstremitas Atas
         Dekstra        Sinistra
                 4444             4444
                   
Dekstra         Sinistra
                 3333             4444
                 Ekstremitas Bawah

D.   KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1.    Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : Klien mengatakan istirahat 2 kali sehari ( siang                         dan malam ), Klien seorang ibu rumah tangga, klien tidur malam kadang 6 jam – 8 jam.
Di Rs         : Klien mengatakan sering berbaring, tidak bisa berjalan, klien tampak memegangi perutnya,  aktifitas terhambat karena badan lemes , aktivitas dibantu keluarga, pola tidur tidak teratur malam hanya tidur 1-2 jam.

2.    Personal Hygiene
Di rumah   :  Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore
Di Rs        : Klien mengatakan hanya di seka keluarga nya 1x        sehari pada pagi hari

3.    Nutrisi
Di rumah   : Klien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 piring nasi dengan lauk ikan dan sayur serta buah buahan dan minum kurang lebih 1000 cc
Di rs           : Klien mengatakan makan bubur kurang lebih 1-2 mangkok  kecil sehari dan minum kurang lebih 700 cc
4.    Eliminasi ( BAB dan BAK )
Di Rumah      : Klien mengatakan BAB 1x sehari , BAK kurang lebih 5-6 kali sehari sebanyak 500 cc , tidak ada gangguan saat eliminasi
Di Rs             : Klien mengatakan selama di RS hanya BAB 1x                dan BAK kurang lebih 200 cc

5.    Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan

6.    Psikososial
Di Rumah  : Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
Di Rs         : Hubungan klien dengan keluarga baik, hubungan dengan  tenaga kesehatan baik, hubungan dengan orang lain baik.

7.    Spiritual
Klien beragama islam, Klien dan keluarga percaya pada Tuhan akan kesembuhan penyakitnya.

E.    DATA FOKUS
Data Objektif
1.    Inspeksi : 
a)    Klien tampak lemah
b)    Klien tampak berbaring ditempat tidur
c)    Klien tampak meringis kesakitan
d)    Klien terpasang infus pada ekstremitas atas dekstra
e)    Klien tampak memegangi perutnya
f)     Membran mukosa kering
g)    Klien tampak sulit menggerakan kaki kanannya
h)    Tampak adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing - masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
i)      Luka tampak penuh puls dan jaringan nekrotik
j)      Tampak adanya kantung mata
2.    Palpasi :
a)    Terdapat nyeri tekan pada abdomen  area epigastrium dengan skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan )
b)    Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan skala nyeri 1-10 = 6 ( nyeri sedang )
c)    N : 83x/m

3.    Perkusi
a)    Suara nafas normal ( vesikuler )
b)    Terdengar bunyi timpani pada abdomen area umbilikal

4.    Auskultasi
                               Peristaltik usus 12x/menit

Data Subjektif
a)    Klien mengatakan kepalanya pusing serta sakit kepala
b)    Klien mengatakan badan lemas
c)    Klien mengatakan nyeri pada abdomen area epigastrium
d)    Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
e)    Klien mengatakan masih mual  muntah
f)     Klien mengatakan adanya luka ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
g)    Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur
h)    Klien mengatakan susah tidur dan hanya tidur di RS   1 - 2 jam pada malam hari
i)      keluarga klien mengatakan terlambat membawa pasien ke rumah sakit sehingga lukanya membesar dan tidak memberikan suntikan insulin lagi ( novoravid ) yang dibeli dirumah sakit.


F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Gula darah sewaktu
519*
Mg/dl
76-125
Kamis 9 Juni 2016



Jumat 10 Juni 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Gula puasa/ BSF
85*
Mg/dl
76-110



            Sabtu 11 Juni 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Gula puasa/ BSF
176*
Mg/dl
76-110
Gula 2 JPP
76
Mg/dl
Up to 125


            Minggu 12 Juni 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Gula puasa/ BSF
239*
Mg/dl
76-110
Gula 2 JPP
273
Mg/dl
Up to 125


                        Selasa 14 Juni 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin (Hb)

10.3*
g/dl
Lk.13-17/Pr.12-15
Eritrosit (RBC)
2. 80*
Juta/mm3
Lk.4,5-6/Pr.4-5,5
Lekosit (WBC)
16.700*
/mm3
4.000-10.000
Trombosit (PLT)
276.000*
/mm3
(150.000-450.000)
Gula darah sewaktu
315
Mg/dl
76-125





G.   TERAPI FARMAKOLOGI
No
Nama obat
Cara pemberian
Waktu pemberian
Dosis
Efek samping
Indikasi
1
Lansoprazol
iv
09.00-21.00
2x1
Mulut kering, angioedema, ruam kulit, fotosensitivitas, sindrom Stevens-Johnson, peningkatan enzim hati,kerusakkan hepatoselular berat yang menyebabkan
Menurunkan asam lambung jika penggunaan oral tidak bisa. Refluks esofagitis, hipersekresi patologis yang berhubungan dengan sindrom Zollinger-Ellison atau lainnya
2
Ondansetron
iv
09.00-17.00-01.00
3x8mg
Konstipasi, sakit kepala, rasa panas atau kemerahan pada kepala dan epigastrium.
Mual dan muntah karena kemoterapi, radioterapi atau pasca operasi
3
Novoravid
SC
09.00-17.00-01.00
3x1 10ui
Hipoglikemia
Pengobatan diabetes melitus
4
Levemir
SC
22.00
10ui
Hipoglikemia, reaksi pada tempat injeksi.
Diabetes Melitus
5
Infus RL 20 tpm
iv


Panas, infeksi pda tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
6
Antrain
iv
09.00-21.00-01.00
3x500mg
Reaksi hipersensitivitas : reaksi pada kulit misal kemerahan
Antrain dapat meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi
7
Cefoperazone





iv
09.00-21.00
2x1 gr
-       Gangguan sel cerna,mual, muntah
Reaksi kulit
-       Infeksi saluran napas,
-       Infeksi saluran kemih
8
Infus Paracetamol 1 Fles
iv


Pusing, reaksi elergi berupa bintik-bintik merah pada kulit, biduran.
Mengurasi rasa nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi serta menurunkan demam
9
Metoclopramid
iv
09.00-17.00-01.00
3x5 mg
Kegelisahan, kantuk, kelemahan dan kelelahan
Untuk meringankan mengurangi simpton diabetik gastroparesis akut dan yang kambuh kembali

Nama obat
Tanggal
1.    Lanzoprazol
 13 Juni 2016
14 Juni 2016
15 Juni 2016
16 Juni 2016
17 Juni 2016
2.    Ondansetron
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
3.    Novoravid
Ø   
Ø   



4.    Levemir
Ø   
Ø   



5.    Infus RL 28 tpm
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
6.    Antrain
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
7.    Cefoperazone
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
8.     Infus Paracetamol 1 Fles
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
9.    Metoclopramid
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   
Ø   














H.   ANALISA DATA
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
DS :
·         Klien mengeluh nyeri pada kaki yang luka sebelah kanan
P : Luka gangren pada ekstremitas bawah dekstra area    metatarsal
Q : Terbakar
R:   Ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
S : 1 – 10 = 6 ( nyeri sedang )
T : Hilang timbul


DO :
·         Klien tampak meringis kesakitan
·         Klien tampak lemah
·         Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan skala nyeri 1-10 = 6 ( nyeri sedang )









Nyeri Akut

NANDA Tahun
2012-2014
Hal 604






Agen Injury Biologis
DS :
·         Klien mengatakan adanya luka pada kaki sebelah kanan

DO :
·         Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
·         Luka tampak penuh puls dan jaringan nekrotik




Kerusakan Integritas Jaringan

NANDA Tahun
2012-2014
Hal 561



Gangguan sirkulasi
DS :
·         Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur

DO :
·         Klien tampak lemah
·         Klien tampak berbaring ditempat tidur
·         Aktivitas klien dibantu keluarga
·         Tampak adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
·         Klien tampak sulit menggerakan  kaki kanannya dengan skala otot 3333

Ekstremitas Atas
Dekstra  Sinistra
4444       4444
3333       4444
         Dekstra   Sinistra
        Ekstremitas Bawah






Hambatan Mobilitas Fisik

NANDA Tahun
2012-2014
Hal 304






Fisik Tidak Bugar
DS :
·         Klien mengatakan pusing serta sakit kepala
·         Klien mengatakan susah tidur dan hanya tidur di RS   1 - 2 jam pada malam hari
·         Klien mengatakan badan lemas

DO :
·         Adanya kantung mata
·         Klien ditempatkan diruangan dengan 7 pasien lain didalamnya







Gangguan Pola NANDA Tahun
2012-2014
Hal 300





Kebisingan

DS :
·         Klien mengatakan tidak pernah melakukan kontrol ke poli setelah keluar rumah sakit 7 bulan yang lalu
·         Keluarga klien tidak memberikan suntikan insulin lagi ( novoravid ) yang dibeli dirumah sakit
·         Keluarga klien mengatakan membersihkan luka pada kaki klien dengan larutan air biasa yang dicampur “daun insulin” yang ditumbuk halus.

DO :
·         Tampak adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, Luka tampak penuh puls dan jaringan nekrotik








Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga

NANDA Tahun
2012-2014
Hal 246







konflik pengambilan keputusan



























I.      INTERVENSI
No
Hari/Tanggal
Dx Keperawatan
NOC
NIC
1
Senin 13 Juni 2016
Nyeri Akut b.d Agen Injury Biologis


Ø  Pain Level
Ø  Pain Control
Ø  Confort level
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil : 
1.    Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan.
2.    Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.    Mampu mengenali nyeri  ( skala, intesitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4.    Menyatakan raa nyaman setelah nyeri berkurang

Ø  Pain Management
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
2
Senin 13 Juni 2016
Kerusakan Integritas Jaringan b.d gangguan sirkulasi

Ø  Wound healing : primary and secondary intention

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam kerusakan integritas jaringan teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Tidak ada tanda-tanda infeksi
2.    Ketebalan dan tekstur jaringan normal
3.    Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit  dan mencegah terjadinya cidera berulang
4.    Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan kulit

Ø  Presure ulcer prevention wound care
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Monitor status nutrisi pasien
4.    Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein )

3
Senin 13 Juni 2016
Hambatan Mobilitas Fisik b.d Fisik Tidak Bugar

Ø  Self Care : ADLs
Ø  Transfer Performance
Setelah  dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil  :
1.    Pasien meningkat daalam aktivitas fisik
2.    Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
3.    Memverbalisasikan perasaan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4.    Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilitas



Ø  Exercise therapy : Ambulation
1.    Monitor tanda tanda vital  sebelum dan sesudah latihan
2.    Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Ajarkan pasien untuk teknik ambulasi
4.    Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan





4
Senin 13 Juni 2016
Gangguan pola tidur b.d Kebisingan
Ø  Rest : Extent ang Pattern
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
2.    Pola tidur, kualitas tidur  dalam batas normal
3.    Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4.    Mampu mendidentifikasi hal-hal yang merugikan tidur

Ø  Sleep Enhancement
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.    Ciptakan lingkungan yang nyaman
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4.    Kolaborasi pemberian obat tidur

5
Senin 13 Juni 2016
Manajemen regimen terapeutik tidak efektif b.d konflik pengambilan keputusan

Ø  Complience Behavior
Ø  Knowledge : treatment regimen
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam manajemen regimen terapeutik tidak efekif pasien teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Mengembangkan dan mengikuti regimen terapeutik
2.    Mampu mencegah perilaku yang berisiko
3.    Menyadari dan mencatat tanda-tanda perubahan status kesehatan


Ø  Self Modification asisstance
1.    Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit, komplikasi dan pengobatan
2.    Hargai alasan pasien
3.    Hargai pengetahuan pasien
4.    Dukung motivasi pasien untuk melanjutkan pengobatan yang berkesinambugan








J.    IMPLEMENTASI
No
Hari/Tanggal
Pukul
Nomor Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Paraf
1
Senin 13 Juni 2016
10.00 Wita
1
1.    Memonitor tanda-tanda vital
2.    Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Mengajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Memberikan posisi yang nyaman
5.    Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
S : Klien Mengatakan masih nyeri pada kakinya
O :
1.    KU lemah
2.    Klien tampak meringis kesakitan
3.    BP : 110/80 mmHg
4.    F   : 84x/m
5.    RR : 21x/m
6.    T   : 36,6oc
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik






2
Senin 13 Juni  2016
11.00
wita
2
1.    Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Memonitor status nutrisi pasien
4.    Memberikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Mengobservasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Berkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein
S : Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
O : Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Monitor status nutrisi pasien
4.    Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein )




3
Senin 13 Juni 2016
11.30 Wita
3
1.    Memonitor tanda tanda vital  sebelum dan sesudah latihan
2.    Membantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Mengajarkan pasien untuk teknik ambulasi
4.    Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan


S : Pasien mengatakan masih belum bisa berjalan
O :
1.    Klien tampak lemah
2.    Klien tampak berbaring ditempat tidur
3.    Aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda tanda vital  sebelum dan sesudah latihan
2.    Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Ajarkan pasien untuk teknik ambulasi
4.    Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan





4
Senin 13 Juni 2016
14.00 Wita
4
1.    Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.    Menciptakan lingkungan yang nyaman
3.    Memonitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4.    Berkolaborasi pemberian obat tidur

S :Klien mengatakan pusing dan susah untuk tidur
O :
1.    Adanya kantung mata
2.    Klien ditempatkan diruangan   dengan 7 pasien lain didalamnya
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.    Ciptakan lingkungan yang      nyaman
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4.     Kolaborasi pemberian obat tidur








Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal
Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
Selasa, 14 Juni 2016
15.00
wita
S : Klien mengatakan masih nyeri pada kakinya
O :
1.    KU lemah
2.    Klien tampak meringis kesakitan
3.    BP : 120/80 mmHg
4.    F   : 86x/m
5.    RR : 21x/m
6.    T   : 36,4oc
A : Nyeri Akut b.d Agen Injury Biologis
P :
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
I :
1.    Memonitor tanda-tanda vital
( BP : 110/80 F :83x/m RR : 22x/m T : 36,5 oc )
2.    melakukan pengkajian nyeri
( Skala nyeri 1-10 = 4 ( nyeri sedang ) )
3.    Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
(tarik nafas dalam dan
mengajak klien berbicara untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri )
4.    Memberikan posisi yang nyaman
( Klien tampak berbaring )
5.    Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
( Inj. Antrain 1 Ampul )
E : S  : Klien mengatakan masih nyeri pada kaki kanannya
 O : 
1.    Klien tampak lemah
2.    Klien tampak tenang
3.    Klien tampak berbaring ditempat tidur
4.    Klien tampak memegangi kakinya
5.    BP : 110/70 mmHg
6.    F    : 80x/m
7.    RR : 20x/m
8.    T    : 36,6oc
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

Selasa, 14 Juni 2016
15.00 wita
S : Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
O : Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
A : Kerusakan integritas jaringan b.d Gangguan sirkulasi
P :
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Monitor status nutrisi pasien
4.    Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein )
I : 
    1.   Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
(melakukan dressing luka)
3.    Memonitor status nutrisi pasien
(memonitor intake nutrisi klien)
4.    Memberikan posisi yang mengurangi tekanan luka
(menganjurkan posisi yang nyaman)
5.    Mengobservasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
(luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm)
6.    Berkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein

E  : S : Klien mengatakan  masih ada luka pada kaki sebelah kanan dan masih bernanah
       O : Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
      A : Masalah belum  teratasi
      P  : Intervensi dilanjutkan
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.   Monitor status nutrisi pasien
4.   Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.   Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein

Selasa, 14 Juni 2016
15.00 wita
S : Pasien mengatakan masih sulit bisa berjalan
O  :
1.    Klien tampak lemah
2.    Klien tampak berbaring ditempat tidur
3.    Aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat
A : Hambatan mobilitas fisik b.d Fisik tidak bugar
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda tanda vital 
2.    Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.      Ajarkan pasien untuk teknik ambulasi
4.      Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.      Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan


 I :   
       1.  Memonitor tanda tanda vital
( BP : 110/70 mmHg,  F : 80x/m, RR : 20x/m, T : 36,6oc)
2.  Membantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.  Mengajarkan pasien untuk teknik ambulasi
     (mengajarkan teknik mika miki untuk mencegah komplikasi)
4.  Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.  Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
E : S : Pasien mengatakan masih belum bisa berjalan
     O :
1.      Klien tampak lemah
2.      Klien tampak berbaring ditempat tidur
3.      Aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat
    A : Masalah belum teratasi
    P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda tanda vital  sebelum dan sesudah latihan
2.    Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Ajarkan pasien untuk teknik ambulasi
4.    Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan



Selasa, 14 Juni 2016
15.00 wita
S :Klien mengatakan pusing dan susah untuk tidur
O :
1.    Adanya kantung mata
2.    Klien ditempatkan diruangan   dengan 7 pasien lain didalamnya
A : Gangguan pola tidur b.d Kebisingan
P :
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.   Ciptakan lingkungan yang  nyaman
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4.    Kolaborasi pemberian obat tidur
I :
1.     Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.    Menciptakan lingkungan yang nyaman
3.    Memonitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4.    Berkolaborasi pemberian obat tidur
E  :  S :  Klien mengatakan sudah bisa tidur tadi malam
       O : Tampak adanya kantung mata
       A : Masalah teratasi sebagian
       P : Intervensi dilanjutkan
1.  Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4. Kolaborasi pemberian obat tidur


Rabu, 15 Juni 2016
21.00
Wita
S : Klien mengatakan nyeri pada kaki sudah mulai berkurang
O :
1.    KU lemah
2.    Klien tampak tenang
3.    BP : 120/80 mmHg
4.    F   : 84x/m
7.    RR : 21x/m
8.    T   : 36,6oc
A : Nyeri Akut b.d Agen Injury Biologis
P :
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
I :
1.    Memonitor tanda-tanda vital
( BP : 110/80 F :84x/m RR : 20x/m T : 36,6 oc )
2.    melakukan pengkajian nyeri
( Skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan ) )
3.    Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
( Mengajak klien berbicara untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri )
4.    Memberikan posisi yang nyaman
( Klien tampak berbaring )
5.    Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
( Inj. Antrain 1 Ampul )
E : S  : Klien mengatakan nyeri pada kaki kanannya sudah berkurang
 O : 
1.    Klien tampak lemah
2.    Klien tampak tenang
3.    Klien tampak berbaring ditempat tidur
4.    Klien tampak memegangi kakinya
5.    BP : 110/80 mmHg
6.    F   : 84x/m
7.    RR : 20x/m
8.    T   : 36,6oc
A : Masalah belum teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda-tanda vital
2.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
3.    Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
4.    Berikan posisi yang nyaman
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik apabila nyeri tidak berkurang

Rabu, 15 Juni 2016
21.00 wita
S : Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
O :Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, dan berkurangnya pus.
A : Kerusakan integritas jaringan b.d Gangguan Sirkulasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Monitor status nutrisi pasien
4.    Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein )
I :  
1.    Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
( Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar )
2.    Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
( Melakukan tindakan dressing luka )
3.    Memonitor status nutrisi pasien
(memonitor intake nutrisi klien)
4.    Memberikan posisi yang mengurangi tekanan luka
( menganjurkan pasien posisi yang nyaman )
5.    Mengobservasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
(luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, dan berkurangnya pus)
6.    Berkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP
E : S :  Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
      O : Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal  dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, dan berkurangnya pus.
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.    Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3.    Monitor status nutrisi pasien
4.    Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
5.    Observasi luka : lokasi,  dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi protein )

Rabu, 15 Juni 2016
21.00
wita
S : Pasien mengatakan masih belum bisa berjalan
O :
1.    Klien tampak lemah
2.    Klien tampak berbaring ditempat tidur
3.    Aktivitas klien masih dibantu keluarga dan perawat
A : Hambatan mobilitas fisik b.d fisik tidak bugar
P : Intervensi dilanjutkan
I  :
1.    Memonitor tanda tanda vital 
( BP : 110/80 F :84x/m RR : 20x/m T : 36,6 oc )
2.    Mengajarkan dan Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Mengajarkan keluarga pasien untuk teknik ambulasi
4.    Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
E :
S : Klien mengatakan masih belum bisa berjalan dan berdiri
O :
1.    Klien tampak terbaring ditempat tidur
2.    Klien hanya dapat duduk ditempat tidur
3.    Klien masih dibantu oleh keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Monitor tanda tanda vital  sebelum dan sesudah latihan ROAM
2.    Ajarkan dan Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3.    Ajarkan keluarga pasien untuk teknik ambulasi
4.    Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5.    Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan



S : Klien mengatakan masih susah tidur
     Klien mengatakan tidur malam kurang lebih 5 jam
O :
1.    Tampak adanya kantung mata
2.    Klien ditempatkan diruangan  kelas III dengan 5 pasien lain didalamnya
A : Gangguan pola tidur b.d kebisingan
P :
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.    Ciptakan lingkungan yang nyaman
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari
4.    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur
I :
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan tidur efektif
2.    Ciptakan lingkungan yang nyaman
( Lingkungan yang kondusif dan mematikan lampu )
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari
E :
S : Klien mengatakan masih susah tidur dan hanya dapat tidur 5 jam
O:  Adanya kantung mata
   Klien dapat tidur dari hari biasanya
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan tidur efektif
2.    Ciptakan lingkungan yang nyaman
3.    Monitor/catat  kebutuhan tidur pasien setiap hari




BAB IV
PEMBAHASAN

































DAFTAR PUSTAKA
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu     Gizi      Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi          keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:   Waluyo
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.     Jakarta: EGC

Carpenito & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol     3. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second            Edition. New    Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
            Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-        2006. Jakarta: Prima Medika









Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved