LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit tidak
menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab kematian di
indonesia. Salah satu penyakit tidak
menular yang menyebabkan kematian
tinggi di Indonesia adalah
diabetes mellitus. Diabetes
melitus utamanya diakibatkan karena
pola hidup yang
tidak sehat (Eko,
2012).Federasi Diabetes Internasional dalam Hartono
(2011), menyatakan bahwa Tiap
10 detik satu
orang meninggal dunia karena
diabetes dan World Health
Organisation (WHO)
menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah penderita
diabetes, tahun 2000 terdapat
5,6 juta penderita & 2006
menjadi 14 juta
& 21 juta
jiwa tahun 2025. Diantara
provinsi yang ada di Indonesia, jawa
tengah memiliki prevalensi diabetes
yang cukup tinggi. prevalensi diabetes
melitus tergantung insulin di
Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami
peningkatan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2010 sebesar
0,08%.
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang
paling sering muncul pada
penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya
kadar glukosa darah yang
menyebabkan kebutuhan
metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup
sehingga timbul berbagai keluhan
dan gejala klinik (Admin,
2012). Hipoglikemia
berdampak serius pada
morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup. The diabetes Control and
Complication Trial (DCCT) melaporkan diperkirakan 2-4% kematian orang dengan
diabetes tipe 1 berkaitan dengan hipoglikemia. Hipoglikemia juga
umum terjadi pada penderita diabetes
tipe 2, dengan tingkat prevalensi
70-80% (Setyohadi, 2011). Hipoglikemia
merupakan penyakit
kegawatdaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai dengan
kematian (Kedia, 2011).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus
dan pentingnya penanganan penyakit hipoglikemia, rumusan masalahnya adalah “
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipoglikemia?”
C.
Tujuan
1)
Tujuan
Umum
Mampu mengetahui dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia sesuai standar
keperawatan.
2)
Tujuan
Khusus
·
Mengetahui
pengkajian pada pasien dengan hipoglikemia beserta keluarganya.
·
Mampu
menganalisa data pada pasien dengan hipoglikemia.
·
Mampu
menentukan diagnose keperawatan pada pasien hipoglikemia.
·
Mampu
mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien hipoglikemia.
·
Mampu
melaksanakan implementasi pada pasien dengan hipoglikemia
·
Mengetahui
evaluasi pada pasien dengan hipoglikemia.
D.
Manfaat
1)
Bagi
Penulis
Diharapkan agar penulis
mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien
dengan penyakit hipoglikemia dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan hipoglikemia.
2)
Bagi
Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga
mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien hipoglikemia .
3)
Bagi
Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang
mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan
tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita hipoglikemia.
4)
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau
referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan sebagai
masukan dalam peningkatan pada pasien hipoglikemia terutama dibidang
dokumentasi asuhan keperawatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Hipoglikemia merupakan
suatu kegagalan dalam mencapai
batas normal kadar glukosa
darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan
suatu keadaan dimana kadar
glukosa darah <60 mg/dl.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia
merupakan kadar glukosa darah
dibawah normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia
atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing,
lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl,
2009).
B.
Klasifikasi
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:
1.
Keluhan
adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom seperti
berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2.
Kadar
glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik seperti
bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan
visual, parestesi, mual sakit kepala.
3.
Hilangnya
dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan
menjadi:
1.
True
hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl
2.
Koma
hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
3.
Reaksi
hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik, kemudian diberi
obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar glukosa darah
normal.
4.
Reaktif
hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan. Biasanya
merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga yang terkena
diabetes melitus.
C.
Etiologi/Penyebab
Dosis pemberian
insulin yang kurang tepat,
kurangnya asupan karbohidrat karena
menunda atau melewatkan makan,
konsumsi alkohol,
peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan
atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
D.
Patofisiologi
Dalam diabetes,
hipoglikemia terjadi akibat kelebihan
insulin relative ataupun absolute
dan juga gangguan pertahanan fisiologis
yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan
fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah, baik pada
penderita diabetes tipe I
ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri
merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan
sistem saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan
bahan bakar metabolisme yang
utama untuk otak. Selain
itu otak tidak
dapat mensintesis glukosa dan
hanya menyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam
jumlah yang sangat sedikit.
Oleh karena itu,
fungsi otak yang normal
sangat tergantung pada konsentrasi
asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan glukosa dapat menimbulkan
disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak.
Karena terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak dapat
menyebabkan terjadinya
penurunan suplai oksigen
ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing, bingung,
lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa
darah normal, sekitar 70-110
mg/dL. Penurunan konsentrasi glukosa
darah akan memicu respon
tubuh, yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring
dengan turunnya konsentrasi glukosa
darah, peningkatan
konsentrasi glucagon dan
epineprin sebagai respon neuroendokrin
pada kosentrasi glukosa darah
di bawah batas normal,
dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom)
dan penurunan kesadaran pada
kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal (Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat
pernapasan sehingga akan mengakibatkan
pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi
glukosa darah berkaitan erat
dengan system hormonal,
persyarafan dan pengaturan produksi
glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ
perifer.Insulin memegang peranan
utama dalam pengaturan kosentrasi
glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati
batas bawah konsentrasi normal,
hormon-hormon konstraregulasi
akan melepaskan. Dalam hal ini,
glucagon yang diproduksi oleh sel α
pankreas berperan penting sebagai pertahanan
utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya
epinefrin, kortisol dan hormon
pertumbuhan juga berperan meningkatkan
produksi dan mengurangi penggunaan
glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang
disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.
Glukagon hanya bekerja dalam
hati. Glukagon mulamula
meningkatkan glikogenolisis dan kemudian
glukoneogenesis, sehingga
terjadi penurunan energi
akan menyebabkan
ketidakstabilan kadar
glukosa darah (Herdman,
2010).
Penurunan kadar
glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga
epineprin juga merangsang lipolisis
di jaringan lemak serta
proteolisis di otot
yang biasanya ditandai dengan
berkeringat, gemetaran,
akral dingin, klien
pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin,
yang cenderung menyebabkan rasa
lapar karena rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan
suplai glukosa ke jaringan
menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
dapat muncul.(Carpenito, 2007).
E.
PATHAY
F.
Manifestasi Klinis
Tanda dan
gejala hipoglikemia menurut
Setyohadi (2012) antara lain:
1.
Adrenergik seperti:
pucat, keringat dingin, takikardi,
gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2.
Neuroglikopenia seperti
bingung, bicara tidak jelas,
perubahan sikap perilaku, lemah,
disorientasi, penurunan
kesadaran, kejang, penurunan terhadap
stimulus bahaya.
G.
Komplikasi
Komplikasi dari
hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan,
selain itu hipoglikemia juga
dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.
Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek
hipoglikemia berkaitan dengan sistem
saraf pusat yang
biasanya ditandai oleh perilaku
dan pola bicara yang
abnormal (Jevon, 2010)
dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, hipoglikemia
juga dapat menyebabkan koma
sampai kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
1.
Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum
diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2.
Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal
< 140 mg/dl/2 jam
3.
HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi
ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia
(2011), pengobatan
hipoglikemia tergantung pada keparahan
dari hipoglikemia.
Hipoglikemia ringan mudah
diobati dengan asupan karbohidrat
seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau
mengkonsumsi makanan rigan. Dalam
Setyohadi (2011), pada minuman
yang mengandung glukosa, dapat
diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada
hipoglikemia berat
membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1.
Dekstrosa
Untuk pasien
yang tidak mampu menelan
glukosa oral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental,
pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air
pada konsentrasi 50% adalah
dosis biasanya diberikan kepada orang
dewasa, sedangkankonsentrasi 25%
biasanya diberikankepada anak-anak.
2.
Glukagon
Sebagai hormon
kontra-regulasi utama
terhadap insulin, glucagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan
untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti
dekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional,
glucagon dapat diberikan
oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi
oleh orang tua atau
pengasuh terlatih. Hal ini
dapat mencegah keterlambatan dalam
memulai pengobatan yang dapat
dilakukan secara darurat.
J.
Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Pengkajian
Primer Hipoglikemia
a.
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah
pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan
nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
·
Chin
lift/ Jaw thrust
·
Suction
·
Guedel
Airway
·
Instubasi
Trakea
b.
Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai,
lakukan :
·
Beri
oksigen
·
Posisikan
semi Flower
c.
Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
·
Cek
capillary refill
·
Pemberian
infus
·
Auskultasi
adanya suara nafas tambahan
·
Segera
Berikan Bronkodilator, mukolitik.
·
Cek
Frekuensi Pernafasan
·
Cek
adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
·
Cek
tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila
kondisi pasien tidak stabil
d.
Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat,
apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar.
Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler,
esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai
dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
2.
Pengkajian
Sekunder Hipoglikemia
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a.
Keluhan
utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya
simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b.
Riwayat
:
·
ANC
·
Perinatal
·
Post
natal
·
Imunisasi
·
Diabetes
melitus pada orang tua/ keluarga
·
Pemakaian
parenteral nutrition
·
Sepsis
·
Enteral
feeding
·
Pemakaian
Corticosteroid therapi
·
Ibu
yang memakai atau ketergantungan narkotika
·
Kanker
c.
Data
fokus
Data Subyektif:
·
Sering
masuk dengan keluhan yang tidak jelas
·
Keluarga
mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
·
Rasa
lapar (bayi sering nangis)
·
Nyeri
kepala
·
Sering
menguap
·
Irritabel
Data obyektif:
·
Parestisia
pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
·
Hight—pitched cry,
lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
·
Plasma
glukosa < 50 gr
3.
Pengkajian
Head To Toe
1) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi,
tidak ada hematoma, tidak adanyeri tekan
2) Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada
kebotakan
3) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3,
sclera ikterik,konjungtiva anemis, pupil isokor
4) Hidung : bentuk simertis, tidak ada
perdarahan, tidak ada secret, terpasang O2 nasal 5 liter/menit
5) Telinga : bentuk normal, pendengaran
normal, tidak ada secret,tidak ada perdarahan
6) Mulut dan gigi :mukosa kering, mulut bersih
7) Leher :tidak ada pembesaran tyroid,
nadi karotis teraba, tidak adapembesaran limfoid
8) Thorax :
I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
P : tidak ada udema pulmo
P :
ada nyeri tekan dada kiri
A : bunyi jantung S1,S2 tunggal,
bunyi paru ronchi
9) Abdomen :
I : tidak ada luka, tidak ada asites
A : bising usus normal 10 x/menit
P : suara timpani
P : ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
10) Genitalia :
terpasang DC, tidak ada darah
11) Eksteremitas :
kekuatan otot 3
3
3 3
ROM
: penuh, Akral hangat, tidak ada edema,
terpasang infuse RL di lengan kanan
12) Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1) Pola oksigenasi
Sebelum sakit :
pasien bernafas secara normal, tidak menderita penyakit pernafasan
Saat dikaji :
pasien sesak nafas, RR 22x/ menit
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit :
pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk)pasien suka
makan yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8 gelas/hari
Saat dikaji :
pasien makan
sesuai diit yang telah diberikan, minum 4-5 gelas/hari
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji :
pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari
4) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit :
pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai wiraswasta
Saat dikaji :
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.
5) Pola istirahat
Sebelum sakit :
pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji :
pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6) Pola suhu
Sebelum sakit :
pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji :
suhu pasien normal 360C
7) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit :
pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji :
pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas karenasesak dan
nyeri dada kiri
8) Pola berpakaian
Sebelum
sakit : pasien dapat mengenakan
pakaiannya secara mandiri danmemakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu
keluarga saat mengganti pakaiannya
9)
Pola personal hygine
Sebelum sakit :
pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun mandi tanpa bantuan
keluarganya
Saat dikaji :
pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
10)
Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien
berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah
Saat dikaji :
pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah
11)
Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah
sesuai agamanya
Saat dikaji :
pasien terganggu dalam melakukan ibadah (sholat)
12)
Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien
merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien
merasa gelisah dirawat di rumah sakit
13)
Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien
kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji :
pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi tempat tidur dan cenderung diam
14)
Pola belajar
Sebelum sakit :pasien tidak
mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat
dikaji :pasien mengetahui
penyakitnya gagal jantung kronik
K.
Masalah Atau Diagnosa
Keperawatan Hipoglikemia Yang Mungkin Muncul
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi
sistem saraf pusat akibat hipoglikemia
3.
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
4.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi
pembuluh darah
L.
RENCANA KEPERAWATAN
HIPOGLIKEMIA
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Rasional
|
1.
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan
secret
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan jalan napas normal
dengan kriteria:
Respiratory status: airway patency
1.
Frekuensi pernapasan dalam batas
normal (16-20x/mnt)
2.
Irama pernapasn normal
3.
Kedalaman pernapasan normal
4.
Klien mampu mengeluarkan sputum
secara efektif
5.
Tidak ada akumulasi sputum
|
Airway Management
1.
Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi,
wheezing.
2.
Berikan posisi yang nyaman untuk
mengurangi dispnea.
3.
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.
4.
Anjurkan asupan cairan adekuat.
5.
Ajarkan batuk efektif
6.
Kolaborasi pemberian oksigen
7.
Kolaborasi pemberian broncodilator
sesuai indikasi.
|
1.
Adanya bunyi ronchi menandakan
terdapat penumpukan sekret atau sekret berlebih di jalan nafas.
2.
posisi memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis
dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
3.
Mencegah obstruksi atau aspirasi.
Penghisapan dapat diperlukan bia klien tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
4.
Mengoptimalkan keseimbangan cairan
dan membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
5.
Fisioterapi dada/ back massage
dapat membantu menjatuhkan secret yang ada dijalan nafas.
6.
Meringankan kerja paru untuk
memenuhi kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
7.
Broncodilator meningkatkan ukuran
lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran
udara.
|
2.
|
Gangguan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan gangguan perfusi
jaringan cerebral normal dengan kriteria:
Tissue Prefusion : cerebral
1.
Tingkat kesadaran komposmentis
2.
Disorientasi tempat, waktu, orang
secara tepat
3.
TTV dalam batas normal (suhu
35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg)
|
Intracranial
Pressure (ICP) Monitoring ( Monitor tekanan intrakranial )
1.
Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.
Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala head
up
3.
Bantu pasien untuk berkemih, membatasi batuk, muntah, mengejan,
anjurkan pasien napas dalam selama pergerakan
4.
Pantau status neurologis dengan teratur
5.
Pantau TTV
|
1.
Agar pasien lebih kooperatif
2.
Perubahan tekanan CSS merupakan potensi resiko herniasi
batang otak
3.
aktivitas seperti ini akan meningkatkan intra thorak dan
abdomen yang dapat meningkatkan TIK
4.
Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran
dan potensial peningkatan TIK sangat berguna dalam menentukan lokalisasi
5.
Perubahan pada frekuensi jantung mencerminkan
trauma/tekanan batang otak
|
3.
|
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan defisit volume
cairan teratasi dengan kriteria:
Fluid
Balance
1.
TTV stabil (N:60-100 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S:
36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
2.
nadi perifer teraba kuat
3.
turgor kulit baik
4.
CRT < 2 detik
5.
haluaran urine >1500-1700 cc/hari
6.
kadar elektrolit urin dalam batas normal.
|
Fluid
Management
1.
Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak
misalnya cairan dari buah yang manis.
2.
Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan 1500-2500 ml dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung.
3.
Observasi suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan
membran mukosa.
4.
Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
5.
Observasi TTV, catat adanya perubahan TD, Turgor kulit,
CRT.
|
1.
Menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan
osmosis.
2.
Mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan
menghindari overload jantung.
3.
Dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan
dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
4.
Memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB
adalah air).
5.
Penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah, CRT yang
lambat, turgor kulit yang tidak elastis.
|
4.
|
Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi
pembuluh darah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan penurunan curah
jantung normal dengan kriteria:
·
Circulation Status
·
Vital Sign Status
1.
TTV ( TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100
x/menit ) dalam batas normal.
2.
Kesadaran Composmentis
3.
CRT < 2 detik.
4.
Sp O2 95-100 %
|
Vital Sign
Monitor
1.
Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.
Berikan waktu istirahat yang cukup/adekuat.
3.
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
4.
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi diuretik.
5.
Observasi: Nadi ( irama, frekuensi ), Tekanan Darah.
|
1.
Agar pasien lebih kooperatif
2.
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan
darah dan perjalanan penyakit hipertensi
3.
Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon
hypertensive, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung
4.
Diuretik meningkatkan aliran urine dan menghalangi
reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal
5.
Tachycardia merupakan tanda kompensasi jantung terhadap
penurunan kontraktilitas jantung. Mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan
kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah
normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang
dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia
ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
B.
Saran
a)
Bagi
klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi
klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemia serta dapat mewaspadai apabila
terdapat gejala-gejala klinis yang menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
b)
Bagi
petugas kesehatan
Diharapkan dapat menambah
wawasan dan dapt dijadikan literature dalam menangani pasien dengan hipoglikemia
bagi institusi pendidikan sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu dan wawasan
pengetahuan mahasiswa terhadap penyakit hipoglikemia.
c)
Bagi
instansi pendidikan
Agar dapat memberikan
manfaat bagi lembaga pendidikan,serta dapat merencanakan kegatan pendidikan
dalam konteks asuhan keperawatan secara menyeluruh,khususnya pada pasien
hipoglikemia.
d)
Bagi
mahasiswa
Menambah ilmu dan wawasan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia sebagai syarat untuk
memenuhi tugas sebagai mahasiswa praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2007. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan Edisi
6. Jakarta : EGC
Eko, Wahyu. 2012. Penyakit
Penyebab Kematian Tertinggi di
Indonesia. diakses tanggal 12 Oktober 2012. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
Herdman, Heather.
2010. Nanda International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip.
2010. Basic Guide To Medical
Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia
With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach.
Dove Press Journal
McNaughton, Candace
D. 2011. Diabetes in the
Emergency Department: Acute Care
of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes
Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang.
2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam
0 comments:
Post a Comment