Breaking News
Loading...
Friday 12 August 2016

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Penyakit  tidak  menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab kematian di indonesia. Salah satu  penyakit  tidak  menular  yang menyebabkan  kematian  tinggi  di Indonesia  adalah  diabetes  mellitus. Diabetes melitus utamanya diakibatkan karena  pola  hidup  yang  tidak  sehat (Eko, 2012).Federasi  Diabetes  Internasional dalam  Hartono  (2011),  menyatakan bahwa  Tiap  10  detik  satu  orang meninggal  dunia  karena  diabetes  dan World  Health  Organisation  (WHO) menyatakan  bahwa  Indonesia menempati  urutan  ke-4  terbesar  di dunia dalam jumlah  penderita  diabetes, tahun  2000  terdapat  5,6  juta  penderita &  2006  menjadi  14  juta  &  21  juta  jiwa tahun 2025.  Diantara provinsi yang ada di  Indonesia,  jawa  tengah  memiliki prevalensi  diabetes  yang  cukup  tinggi. prevalensi   diabetes   melitus tergantung   insulin   di   Provinsi   Jawa Tengah   pada   tahun   2011   sebesar 0,09%,   mengalami   peningkatan   bila dibandingkan prevalensi tahun 2010 sebesar   0,08%. 
Hipoglikemia  merupakan komplikasi  yang  paling  sering  muncul pada  penderita  diabetes  mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa  darah  yang  menyebabkan kebutuhan  metabolik  yang  diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup sehingga timbul  berbagai  keluhan  dan  gejala klinik  (Admin,  2012).  Hipoglikemia berdampak  serius  pada  morbiditas, mortalitas  dan  kualitas  hidup.  The diabetes Control and Complication Trial (DCCT) melaporkan diperkirakan 2-4% kematian orang dengan diabetes tipe 1 berkaitan  dengan  hipoglikemia. Hipoglikemia  juga  umum  terjadi  pada penderita  diabetes  tipe  2,  dengan tingkat  prevalensi  70-80%  (Setyohadi, 2011).  Hipoglikemia  merupakan penyakit  kegawatdaruratan  yang membutuhkan  pertolongan  segera, karena  hipoglikemia  yang  berlangsung lama  bisa  menyebabkan  kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat  menyebabkan  koma  sampai dengan  kematian  (Kedia,  2011).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit hipoglikemia, rumusan masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipoglikemia?”

C.     Tujuan
1)      Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia sesuai standar keperawatan.
2)      Tujuan Khusus
·      Mengetahui pengkajian pada pasien dengan hipoglikemia beserta keluarganya.
·      Mampu menganalisa data pada pasien dengan hipoglikemia.
·      Mampu menentukan diagnose keperawatan pada pasien hipoglikemia.
·      Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien hipoglikemia.
·      Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan hipoglikemia
·      Mengetahui evaluasi pada pasien dengan hipoglikemia.














D.     Manfaat
1)    Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipoglikemia dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemia.
2)    Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien hipoglikemia .
3)    Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita hipoglikemia.
4)    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien hipoglikemia terutama dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Definisi
Hipoglikemia  merupakan  suatu kegagalan  dalam  mencapai  batas normal  kadar  glukosa  darah  (Kedia,2011).
Hipoglikemia  merupakan  suatu keadaan  dimana  kadar  glukosa  darah <60  mg/dl.  Jadi,  dapat  disimpulkan bahwa,  hipoglikemia  merupakan  kadar glukosa  darah  dibawah  normal  yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
B.     Klasifikasi
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:
1.      Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2.      Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik seperti bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan visual, parestesi, mual sakit kepala.
3.      Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1.      True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl
2.      Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
3.      Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik, kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar glukosa darah normal.
4.      Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan. Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga yang terkena diabetes melitus.
C.     Etiologi/Penyebab
     Dosis  pemberian  insulin  yang kurang  tepat,  kurangnya  asupan karbohidrat  karena  menunda  atau melewatkan  makan,  konsumsi  alkohol, peningkatan  pemanfaatan  karbohidrat karena  latihan  atau  penurunan  berat badan (Kedia, 2011).
D.     Patofisiologi
Dalam  diabetes,  hipoglikemia terjadi  akibat  kelebihan  insulin  relative ataupun  absolute  dan  juga  gangguan pertahanan  fisiologis  yaitu  penurunan plasma  glukosa.  Mekanisme pertahanan  fisiologis  dapat  menjaga keseimbangan  kadar  glukosa  darah, baik  pada  penderita  diabetes  tipe  I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa  sendiri  merupakan  bahan bakar  metabolisme  yang  harus  ada untuk otak.  Efek hipoglikemia terutama berkaitan  dengan  sistem  saraf  pusat, sistem  pencernaan  dan  sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa  merupakan  bahan bakar  metabolisme  yang  utama  untuk otak.  Selain  itu  otak  tidak  dapat mensintesis  glukosa  dan  hanya menyimpan  cadangan  glukosa  (dalam bentuk  glikogen)  dalam  jumlah  yang sangat  sedikit.  Oleh  karena  itu,  fungsi otak  yang  normal  sangat  tergantung pada  konsentrasi  asupan  glukosa  dan sirkulasi.  Gangguan glukosa dapat  menimbulkan  disfungsi  sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai  glukosa  ke  otak.  Karena  terjadi penurunan  suplai  glukosa  ke  otak dapat  menyebabkan  terjadinya penurunan  suplai  oksigen  ke  otak sehingga  akan  menyebabkan  pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi  glukosa  darah normal,  sekitar  70-110  mg/dL. Penurunan  konsentrasi  glukosa  darah akan  memicu  respon  tubuh,  yaitu penurunan  kosentrasi  insulin  secara fisiologis  seiring  dengan  turunnya konsentrasi  glukosa  darah,  peningkatan konsentrasi  glucagon  dan  epineprin sebagai  respon  neuroendokrin  pada kosentrasi  glukosa  darah  di  bawah batas  normal,  dan  timbulnya  gejala- gejala  neurologic  (autonom)  dan penurunan  kesadaran  pada  kosentrasi glukosa  darah  di  bawah  batas  normal (Setyohadi,  2012).  Penurunan kesadaran  akan  mengakibatkan depresan  pusat  pernapasan  sehingga akan  mengakibatkan  pola  nafas  tidak efektif (Carpenito, 2007).
Batas  kosentrasi  glukosa  darah berkaitan  erat  dengan  system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi  glukosa  endogen  serta penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin  memegang  peranan  utama dalam  pengaturan  kosentrasi  glukosa darah.  Apabila  konsentrasi  glukosa darah  menurun  melewati  batas  bawah konsentrasi  normal,  hormon-hormon konstraregulasi  akan  melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh  sel  α  pankreas  berperan  penting sebagai  pertahanan  utama  terhadap hipoglikemia.  Selanjutnya  epinefrin, kortisol  dan  hormon  pertumbuhan  juga berperan  meningkatkan  produksi  dan mengurangi  penggunaan  glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon  yang  disekresi  pada  kejadian hipoglikemia  akut.  Glukagon  hanya bekerja  dalam  hati.  Glukagon  mulamula  meningkatkan  glikogenolisis  dan kemudian  glukoneogenesis,  sehingga terjadi  penurunan  energi  akan menyebabkan  ketidakstabilan  kadar glukosa  darah  (Herdman,  2010).
Penurunan  kadar  glukosa  darah  juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan  perifer,  sehingga  epineprin juga  merangsang  lipolisis  di  jaringan lemak  serta  proteolisis  di  otot  yang biasanya  ditandai  dengan  berkeringat, gemetaran,  akral  dingin,  klien  pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan  epinefrin,  yang cenderung  menyebabkan  rasa  lapar karena rendahnya kadar glukosa darah akan  menyebabkan  suplai  glukosa  ke jaringan  menurun  sehingga  masalah keperawatan  nutrisi  kurang  dari kebutuhan  tubuh  dapat  muncul.(Carpenito, 2007).





E.    PATHAY













F.    Manifestasi Klinis
Tanda  dan  gejala  hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1.   Adrenergik  seperti:  pucat,  keringat dingin,  takikardi,  gemetar, lapar, cemas,  gelisah,  sakit  kepala, mengantuk.
2.   Neuroglikopenia  seperti  bingung, bicara  tidak  jelas,  perubahan  sikap perilaku,  lemah,  disorientasi, penurunan  kesadaran,  kejang, penurunan  terhadap  stimulus bahaya.

G.   Komplikasi
     Komplikasi  dari  hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah  selalu  dapat  menyebabkan gangguan  pernafasan,  selain  itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.  Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan  gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek  hipoglikemia  berkaitan  dengan sistem  saraf  pusat  yang  biasanya ditandai  oleh  perilaku  dan  pola  bicara yang  abnormal  (Jevon,  2010)  dan menurut  Kedia  (2011)  hipoglikemia yang  berlangsung  lama  bisa menyebabkan  kerusakan  otak  yang permanen,  hipoglikemia  juga  dapat menyebabkan koma sampai kematian.      

H.     Pemeriksaan Penunjang
1.    Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2.    Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3.    HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

I.       Penatalaksanaan Medis
Menurut  Kedia  (2011), pengobatan  hipoglikemia  tergantung pada  keparahan  dari  hipoglikemia. Hipoglikemia  ringan  mudah  diobati dengan  asupan  karbohidrat  seperti minuman  yang  mengandung  glukosa, tablet  glukosa,  atau  mengkonsumsi makanan  rigan.  Dalam  Setyohadi (2011),  pada  minuman  yang mengandung  glukosa,  dapat  diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ -  2 sendok makan).  Pada  hipoglikemia berat  membutuhkan  bantuan  eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1.  Dekstrosa
Untuk  pasien  yang  tidak  mampu menelan  glukosa  oral  karena pingsan,  kejang,  atau  perubahan status  mental,  pada  keadaan darurat  dapat  pemberian  dekstrosa dalam  air  pada  konsentrasi  50% adalah  dosis  biasanya  diberikan kepada  orang  dewasa,  sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
2.  Glukagon
Sebagai  hormon  kontra-regulasi utama  terhadap  insulin,  glucagon adalah  pengobatan  pertama  yang dapat  dilakukan  untuk  hipoglikemia berat.  Tidak seperti  dekstrosa,  yang harus  diberikan  secara  intravena dengan  perawatan kesehatan  yang berkualitas  profesional,  glucagon dapat diberikan  oleh  subkutan  (SC) atau  intramuskular  (IM)  injeksi  oleh orang  tua  atau  pengasuh  terlatih. Hal  ini  dapat  mencegah keterlambatan  dalam  memulai pengobatan  yang  dapat  dilakukan secara darurat.







J.      Penatalaksanaan Keperawatan
1.    Pengkajian Primer Hipoglikemia
a.    Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
·             Chin lift/ Jaw thrust
·             Suction
·             Guedel Airway
·             Instubasi Trakea
b.    Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
·             Beri oksigen
·             Posisikan semi Flower
c.    Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
·           Cek capillary refill
·           Pemberian infus
·           Auskultasi adanya suara nafas tambahan
·           Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
·           Cek Frekuensi Pernafasan
·           Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
·           Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d.    Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2.    Pengkajian Sekunder Hipoglikemia
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a.    Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b.    Riwayat :
·      ANC
·      Perinatal
·      Post natal
·      Imunisasi
·      Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
·      Pemakaian parenteral nutrition
·      Sepsis
·      Enteral feeding
·      Pemakaian Corticosteroid therapi
·      Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
·      Kanker
c.    Data fokus
Data Subyektif:
·      Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
·      Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
·      Rasa lapar (bayi sering nangis)
·      Nyeri kepala
·      Sering menguap
·      Irritabel
Data obyektif:
·      Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
·      Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
·      Plasma glukosa < 50 gr
3. Pengkajian Head To Toe
1)      Kepala                : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak adanyeri tekan
2)      Rambut              : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3)      Mata                    : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik,konjungtiva anemis, pupil isokor
4)      Hidung                : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret, terpasang O2 nasal 5 liter/menit
5)      Telinga               : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,tidak ada perdarahan
6)      Mulut dan gigi     :mukosa kering, mulut bersih
7)      Leher                  :tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak adapembesaran limfoid
8)      Thorax               : 
I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
P : tidak ada udema pulmo
P :  ada nyeri tekan dada kiri
A : bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
9)      Abdomen           :
I : tidak ada luka, tidak ada asites
A : bising usus normal 10 x/menit
P : suara timpani
P : ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
10)   Genitalia              : terpasang DC, tidak ada darah

11)   Eksteremitas       : kekuatan otot            3      3

3      3
ROM : penuh,  Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL di lengan kanan
12) Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1)  Pola oksigenasi
Sebelum sakit         : pasien bernafas secara normal, tidak menderita penyakit pernafasan
Saat dikaji               : pasien sesak nafas, RR 22x/ menit
2)  Pola nutrisi
Sebelum sakit         : pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk)pasien suka makan yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8 gelas/hari
Saat dikaji               : pasien makan sesuai diit yang telah diberikan, minum 4-5 gelas/hari
3)  Pola eliminasi        
Sebelum sakit         : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji               : pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari
4)  Pola aktivitas/ bekerja       
Sebelum sakit         : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai wiraswasta
Saat dikaji               : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.
5)  Pola istirahat          
Sebelum sakit         : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji               : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6)  Pola suhu   
Sebelum sakit         : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji               : suhu pasien normal 360C
7)  Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit         : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji               : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas karenasesak dan nyeri dada kiri
8)  Pola berpakaian
Sebelum sakit         : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri danmemakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji               : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya

9)      Pola personal hygine
Sebelum sakit             : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji                   : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
10)   Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah
Saat dikaji       : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah
11)   Pola spiritual   
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji       : pasien terganggu dalam melakukan ibadah (sholat)
12)   Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji       : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
13)   Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji       : pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi tempat tidur dan cenderung diam         
14)   Pola belajar
Sebelum sakit :pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji       :pasien mengetahui penyakitnya gagal jantung kronik




K.   Masalah Atau Diagnosa Keperawatan Hipoglikemia Yang Mungkin Muncul
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret
2.     Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia
3.    Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
4.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

L.    RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Rasional
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan jalan napas normal dengan kriteria:
Respiratory status: airway patency
1.   Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt)
2.   Irama pernapasn normal
3.   Kedalaman pernapasan normal
4.   Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
5.   Tidak ada akumulasi sputum

Airway Management
1.   Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing.
2.   Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.
3.   Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.
4.   Anjurkan asupan cairan adekuat.
5.   Ajarkan batuk efektif
6.   Kolaborasi pemberian oksigen
7.   Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi.

1.     Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat penumpukan sekret atau sekret berlebih di jalan nafas.
2.     posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
3.     Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bia klien tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
4.     Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
5.     Fisioterapi dada/ back massage dapat membantu menjatuhkan secret yang ada dijalan nafas.
6.     Meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
7.     Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.


2.
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan cerebral normal dengan kriteria:
Tissue Prefusion : cerebral
1.   Tingkat kesadaran komposmentis
2.   Disorientasi tempat, waktu, orang secara tepat
3.   TTV dalam batas normal (suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg)

Intracranial Pressure (ICP) Monitoring ( Monitor tekanan intrakranial )
1.   Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.   Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala head up
3.   Bantu pasien untuk berkemih, membatasi batuk, muntah, mengejan, anjurkan pasien napas dalam selama pergerakan
4.   Pantau status neurologis dengan teratur
5.   Pantau TTV
1.   Agar pasien lebih kooperatif
2.   Perubahan tekanan CSS merupakan potensi resiko herniasi batang otak
3.   aktivitas seperti ini akan meningkatkan intra thorak dan abdomen yang dapat meningkatkan TIK
4.   Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK sangat berguna dalam menentukan lokalisasi
5.   Perubahan pada frekuensi jantung mencerminkan trauma/tekanan batang otak

3.
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan defisit volume cairan teratasi dengan kriteria:
Fluid Balance
1.    TTV stabil (N:60-100 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
2.    nadi perifer teraba kuat
3.    turgor kulit baik
4.    CRT < 2 detik
5.    haluaran urine >1500-1700 cc/hari
6.    kadar elektrolit urin dalam batas normal.
Fluid Management
1.   Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis.
2.   Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
3.    Observasi suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran mukosa.
4.   Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
5.   Observasi TTV, catat adanya perubahan TD, Turgor kulit, CRT.
1.    Menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis.
2.    Mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari overload jantung.
3.    Dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
4.    Memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air).
5.    Penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah, CRT yang lambat, turgor kulit yang tidak elastis.
4.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan penurunan curah jantung normal dengan kriteria:
·         Circulation Status
·         Vital Sign Status
1.      TTV ( TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/menit ) dalam batas normal.
2.      Kesadaran Composmentis
3.      CRT < 2 detik.
4.      Sp O2 95-100 %

Vital Sign Monitor
1.   Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.   Berikan waktu istirahat yang cukup/adekuat.
3.   Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
4.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuretik.
5.   Observasi: Nadi ( irama, frekuensi ), Tekanan Darah.
1.      Agar pasien lebih kooperatif
2.      Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
3.      Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hypertensive, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung
4.      Diuretik meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal
5.      Tachycardia merupakan tanda kompensasi jantung terhadap penurunan kontraktilitas jantung. Mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
B.   Saran
a)    Bagi klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemia serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala klinis yang menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
b)    Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapt dijadikan literature dalam menangani pasien dengan hipoglikemia bagi institusi pendidikan sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan mahasiswa terhadap penyakit hipoglikemia.
c)    Bagi instansi pendidikan
Agar dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan,serta dapat merencanakan kegatan pendidikan dalam konteks asuhan keperawatan secara menyeluruh,khususnya pada pasien hipoglikemia.
d)    Bagi mahasiswa
Menambah ilmu dan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa praktik.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.  2007.  Buku  Saku  Diagnosa Keperawatan  Edisi  6.  Jakarta  : EGC
Eko, Wahyu. 2012.  Penyakit Penyebab Kematian  Tertinggi  di  Indonesia. diakses tanggal 12 Oktober 2012. Jam  19.30. http://www.kpindo.com/artikel
Herdman,  Heather.  2010.  Nanda International  Diagnosis Keperawatan  Definisi  dan Klasifikasi  2009-  2011.  Jakarta: EGC
Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental  Practice.  Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon:  an  Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal
McNaughton,  Candace  D.  2011. Diabetes  in  the  Emergency Department:  Acute  Care  of Diabetes  Patients.  Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam




0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved