Breaking News
Loading...
Friday, 12 August 2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKHIAL

A.   PENGERTIAN

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
           Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
B.   ETIOLOGI
a.    Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b.    Faktor Presipitasi
-          Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1.Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2.Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-obatan.
3.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya: perhiasan, logam, dan jam tangan.
-          Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
-          Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
-          Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
-          Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
C.   PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
D.   pathway
E.   MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1.    Batuk
2.    Dispnea
3.    Mengi (whezzing)
4.    Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5.    Tachicardi
6.    Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
1.    Takipnea
2.    Gelisah
3.    Diaphorosis
4.    Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5.    Fatigue ( kelelahan)
6.    Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7.    Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat.
8.    Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9.    Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.
F.    KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu
1.  Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi
2.  Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
3.  Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
II. Berdasarkan Keparahan Penyakit
1.  Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu
2.   Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari
3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu
4.   Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%
G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Pemeriksaan sputum
2.    Pemeriksaan darah
3.     Foto rontgen
4.    Pemeriksaan faal paru
5.    Elektrokardiografi






















H.   PENATALAKSANAAN
1.         Pengobatan non farmakologik
a.    Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma
b.    Menghindari faktor pencetus
c.    Fisioterapi
2.   Pengobatan farmakologik
a)     Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
b)     Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
c)     Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengan dosis 800  empat kali semprot tiap hari.
d)     Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e)     Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f)      Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3.   Pengobatan selama serangan status asthmatikus    
a.     Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b.     Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c.      Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d.     Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e.     Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f.       Antibiotik spektrum luas












I.      KOMPLIKASI
1.    Pneumo thoraks
2.    Pneumomediastinum
3.    Emfisema subkutis
4.    Ateleltaksis
5.    Aspergilosis
6.    Gagal nafas
7.    Bronchitis
J.   Asuhan Keperawatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang
1) Waktu terjadinya sakit
Berapa lama sudah terjadinya sakit
2) Proses terjadinya sakit
Kapan mulai terjadinya sakit
Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3) Upaya yang telah dilakukan
 Selama sakit sudah berobat kemana
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky,wheezing.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
            1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru – paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
-   Usia mulai merokok secara rutin
-   Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
-   Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2)  Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
-   Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang.
-   Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi akibat konflik keluarga.
-   Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.
d. Riwayat kesehatan lingkungan
2) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
- Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
- Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
- Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
3) Pola istirahat tidur
·            Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
·            Kualitas dan kuantitas jam tidur
4) Pola nutrisi – metabolic
• Berapa kali makan sehari
• Makanan kesukaan
• Berat badan sebelum dan sesudah sakit
• Frekuensi dan kuantitas minum sehari
5) Pola eliminasi
• Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
• Nyeri
• Kuantitas
6) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
7) Pola konsep diri
• Gambaran diri
• Identitas diri
• Peran diri
• Ideal diri
• Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
8) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
9 ) Pola peran hubungan
• Hubungan dengan anggota keluarga
• Dukungan keluarga
• Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
10 ) Pola nilai dan kepercayaan
• Persepsi keyakinan
• Tindakan berdasarkan keyakinan
K.  Pemeriksaan Fisik
1) Data klinik, meliputi:
a) TTV
         b) Keluhan Utama
2) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h. Thorax :
· Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas
jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara
tambahan.
·   Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan =
kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
· Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
· Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
· Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
· Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak
teraba massa.
j. Ekstremitas
· Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup.
·Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-),
oedema (-), tonus otot cukup




L.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusiventilasi
2.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
3.    Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi














DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.;Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org( diakses tanggal 21 Juni 2016 jam 16.00 WITA )
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved