LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianNya sehingga laporan pendahuluan dan
askep studi kasus “Hernia Inkarserata” tepat pada waktunya.
Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, atas
segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia keapadaNya.
Harapan penulis dengan
diselesaikannya laporan ini, semoga memberi manfaat baik untuk mengetahui lebih
dalam mengenai Hernia Inkarserata
dalam bidang kesehatan ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan laporan ini
sebagai pembelajaran. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada
CI dan CT yang sudah membimbing kami dalam penyelesaian laporan studi kasus ini
serta seluruh teman-teman angkatan VI
yang selalu memberikan dorongan moral.
Teriring doa semoga semua
kebaikan yang telah diberikan kepada kelompok kami mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.
Banjarmasin, Juni2016
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia hernia menempati urutan
ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas
penderita selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita.
Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa
khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka
permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi
yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi
kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan
kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat
menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh.
Penyebab penyakit hernia yaitu
dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti mengangkat benda berat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi
sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat
juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi
kelemahan otot - otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia
inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis
mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan
tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit
atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila diketahui
mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala
memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Dapat juga karena sebab
didapat atau anomali congenital.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis pada bulan
Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187 kasus, 138
kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa
tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan pada
tahun 2010 ada 96 kasus. Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia
inguinalis setiap tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor
pekerjaan berat yang mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta
kelelahan dari berbagai organ tubuh.
Penyakit hernia atau
yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia
memang kebanyakan laki-laki terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan
merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya misalnya jika
anak-anak penderitanya terlalu aktif. Berasal dari bahasa Latin, herniae yaitu
menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak
lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa,
karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia
yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita
oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan
aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang
tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia
akan segera menghinggapinya. Untuk itu perlu adanya pembahasan tentang penyakit
hernia agar pembaca khususnya penderita penyakit hernia dapat lebih jelas
mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan penyakit hernia dapat berkurang
dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang penyakit hernia.
Berdasarkan latar belakang diatas, makakami tim penulis tertarik untuk mengambil
kasus pada Tn.K di Ruang Kumala Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin sebagai bentuk asuhan keperawatan pada kasus hernia inkarserata
karena menurut kami kasus hernia inkarserata sangat langka.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Hernia ?
2.
Apakah
etiologi dari Hernia ?
3.
Apa
klasifikasi dari Hernia ?
4.
Bagaimana
patofisiologi dari Hernia ?
5.
Bagaimana
Pathway Hernia ?
6.
Apa
gejala klinisHernia ?
7.
Bagaimana
pemeriksaan fisikHernia ?
8.
Bagaimana
pemeriksaan penunjangHernia ?
9.
Bagaimana
terapi farmakologi Hernia ?
10.
Apa
komplikasi Hernia ?
11.
Bagaimana
pengkajian keperawatan Hernia ?
12.
Apa
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosaHernia ?
13.
Bagaimana
bentuk perencanaan keperawatan Hernia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Setelah dilakukan
pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia , diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami tentang pengertian
dari Hernia
2.
Memahami
tentang etiologi Hernia
3.
Memahami
tentang klasifikasiHernia
4.
Memahami
tentang patofisiologi/pathway Hernia
5.
Memahami
tentang gejala klinis Hernia
6.
Memahami
tentang pemeriksaan fisik Hernia
7.
Memahami
tentang pemeriksaan penunjang Hernia
8.
Memahami
tentang terapi farmakologi Hernia
9.
Memahami
tentang pemerikaan diagnosa Hernia
10.
Memahami
tentang penatalaksanaan medis Hernia
11. Memahami tentang diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa Hernia
12.
Memahami
tentang perencanaan keperawatan Hernia
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Anatomi
Dan Fisiologi Hernia
1.
Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi
dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka
dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus abdominis.
Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus.
Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentumrotundum
pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga herniainguinalis
lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
- Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum
kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
B.
Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa
Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia
adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan
menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis
adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan
melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga
lainnya (kanalis inguinalis).
C.
Etiologi
1.
Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh
semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini
disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made
Kusala, 2009).
2.
Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh
laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah
penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak
terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat
atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
(Giri Made Kusala, 2009).
3.
Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering
terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing,
baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4.
Keturunan
Resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5.
Obesitas
Berat badan yang berlebih
menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa
menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6.
Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di
sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga
dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7.
Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang
membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya,
pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
8.
Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih
berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena
penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi
jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya
lagi. (Giri Made Kusala, 2009).
D.
Klasifikasi
1.
Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis
kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2.
Hernia dapatan atau akuisita
(acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan
pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat, terutama akibat kelemahan otot
dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal
pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul
ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,
2009).
a. Berdasarkan
sifatnya
1)
Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak
dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta
(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3)
Hernia strangulata atau inkarserata
(incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah
akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1.
Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui
lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering
mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai
pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan
biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat
barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia
femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia
femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada
pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
2.
Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia
kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini
terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur.
Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang
terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia
umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan
tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara.
Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, atau kegemukan.
3.
Hernia sikatriks atau hernia
insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka
laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit dan
paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan
(Syamsuhidayat, 2004).
4.
Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu
keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang sebagai bagian yang
lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah
zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi
dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat
(akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria,
hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika
keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut
Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a)
Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal
lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di
dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini
terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada
waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila
posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b)
Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis
medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang
dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar
melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini
melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti
pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat
adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang sekali menjadi ireponibilis.
E.
Patosifiologi
Menurut
Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada
fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal
tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan
Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).
F.
Gejala
Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari
hernia adalah sebagai berikut :
1.
Nyeri Kolik Menetap
2.
Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3.
Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi
sekali
4.
Leukosit Normal Leukositosis
5.
Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6.
Adanya benjolan (biasanya
asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa
adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul.
Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan,
batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang
secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri
pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan
ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit
yang terus menerus.
7.
Gangguan pasase usus seperti abdomen
kembung dan muntah.
8.
Pada Inspeksi : saat pasien mengedan
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio
ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9.
Palpasi: kantong hernia yang kosong
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong
hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10.
Pada palpasi mungkin teraba usus,
omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
G.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Inspeksi
a. Hernia reponibel
terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin
atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul
benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis
: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis :
benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutandari
hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis :
benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika :
benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal :
benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum :
benjolan di perineum.
2.
Palpasi
a. Titik tengah
antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak
di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara
kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia
inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia
dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai
mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
2.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan
dibawah ligamentum inguinal
3.
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).
H.
Pemeriksaan diagnostik / penunjang
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi(Hudack&
Gallo, 2007).
I.
Terapi / Tindakan Penanganan
1.
Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki,
kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik dari pasien yang tidak
memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum ini adalah
hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar secara
perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan hernia
kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan
kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu
penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis
sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan alat
penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian
korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat
melemahkan dinding perut.Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau
pasien dengan hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik
dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat
dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan
hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik. Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia
strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai saat operasi. Bila
isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih
isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit
dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi dinding perut
kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan marleks
untuk menguatkan dinding perut setempat
J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya
ringan dan dapat sembuh sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling
sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau
atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang menjalani
hernioraphy.
K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
yang sistematismeliputipengumpulan data, analisa data
danpenentuanmasalah.Pengumpulan data diperolehdengancaraintervensi, observasi,
pemeriksaanfisik.
1.
Identitas
klien
2.
Riwayat
keperawatan
a.
Keluhanutama
b.
Riwayatkesehatan
/ penyakit sekarang
c.
Riwayatkesehatan
/ penyakit dahulu
d.
Riwayatkesehatan
/ penyakit keluarga
e.
Riwayattumbuhkembang
(usia 2 tahun)
3.
Pemeriksaanfisik
4.
Pemeriksaan
tumbuh kembang
5.
Pemeriksaan
penunjang
L.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan
2.
Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan metabolisme
3.
Nyeri Akut berhubungan dengan
agen injury biologis
4.
Gangguan Pola Tidur berhubungan
dengan rasa nyaman
5.
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
6.
Defisit Volume Cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksi(NANDA, 2011).
M.
Intervensi Keperawatan
No
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan/kriteria hasil
|
Intervensi
|
1
|
Ansietas
berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut
nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
|
NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama ……………klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
|
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan
apa
yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk
memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien
untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Kolaborasi pemberian obat
anti
cemas
|
2.
|
Hipertermia
Berhubungan dengan :
- penyakit/ trauma
- peningkatan
metabolisme
- aktivitas yang
berlebih
- dehidrasi
DO/DS:
· kenaikan suhu
tubuh diatas rentang
normal
· serangan atau
konvulsi (kejang)
· kulit kemerahan
· pertambahan RR
· takikardi
· Kulit teraba
panas/ hangat
|
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama………..pasien
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria
hasil:
Suhu 36
– 37C
Nadi dan
RR dalam rentang
normal
Tidak ada
perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing,
|
NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi
dan RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kolaborasi pemberian Antibiotik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan
aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit,
kelembaban membran mukosa)
|
3
|
Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan
jaringan
DS:
- Laporan secara verbal
DO:
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
|
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama ….
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
· Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
· Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
· Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
· Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
· Tanda vital dalam rentang
normal
· Tidak mengalami
gangguan tidur
|
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
untukmencaridanmenemukandukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
Menentukanintervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
|
4
|
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan:
- Psikologis : usia tua,
kecemasan, agen biokimia,suhu tubuh, pola
aktivitas,depresi, kelelahan, takut,
kesendirian.
- Lingkungan: kelembaban,kurangnyaprivacy/kontroltidur,
pencahayaan, medikasi
(depresan,stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi,urgensi urin.
DS:
- Bangun lebih awal/lebihlambat
- Secara verbal
menyatakan tidak fresh
sesudah tidur
DO :
- Penurunan kemampuanfungsi
- Penurunan proporsi tidurREM
- Penurunan proporsi padatahap
3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang
darinormal sesuai usia
|
NOC:
Anxiety Control
Comfort Level
Pain Level
Rest : Extent and
Pattern
Sleep : Extent ang
Pattern
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. gangguan
pola tidur pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
Jumlah jam tidur
dalam batas normal
Pola tidur,kualitas
dalam batas normal
Perasaan fresh
sesudah
tidur/istirahat
Mampumengidentifikasi halhal
yangmeningkatkan tidur
|
NIC :
Sleep Enhancement
- Determinasi efek-efek
medikasi
terhadap pola tidur
- Jelaskan pentingnya tidur
yangadekuat
- Fasilitasi untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (membaca)
- Ciptakan lingkungan yang
nyaman
- Kolaborasi pemberian obat
tidur
|
5
|
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
· Tirah Baringatau imobilisasi
· Kelemahanmenyeluruh
· Ketidakseimbangan antara suplaioksigen
dengankebutuhan.
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS:
· Melaporkan secara
verbal adanyakelelahanataukelemahan.
· Adanya dyspneu
atau ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
DO :
· Respon abnormal
dari tekanan darah atau
nadi terhadap aktifitas
· Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
|
NOC :
Self Care :ADLs
Toleransiaktivitas
Konservasienergi
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama
….Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisiktanpa disertaipeningkatan tekanandarah, nadi dan RR
Mampumelakukan aktivitassehari-hari
(ADLs) secaramandiri
Keseimbang
an aktivitas dan istirahat
|
NIC :
Observasi adanya
pembatasanklien dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor
yangmenyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumberenergi yang adekuat
Monitor pasien akan
adanyakelelahan fisik dan emosi secaraberlebihan
Monitor respon kardiovaskulerterhadap
aktivitas (takikardi, disritmia,
sesak nafas,diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan
lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
Merencanakan pasienprogran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengankemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitasseperti kursi roda,
krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuatjadwal latihan diwaktu luang
Bantupasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
sosial
dan spiritual
|
6
|
Defisit Volume Cairan
Berhubungan dengan:
- Kehilangan volume
cairansecara aktif
- Kegagalanmekanismepengaturan
DS :
- Haus
DO:
- Penurunan turgor
kulit/lidah
- Membran mukosa/kulitkering
- Peningkatan denyut
nadi,penurunan tekanan darah,penurunanvolume/tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Konsentrasi urine
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Kehilangan berat badansecara
tiba-tiba
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
- Kelemahan
|
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Foodand
Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakankeperawatan
selama…..defisit volume cairanteratasi dengan kriteriahasil:
Mempertahankan urineoutput
sesuai denganusia dan BB, BJ urinenormal,
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas
normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Orientasi terhadap
waktu dan tempat baik
Jumlah dan iramapernapasan
dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat
|
NIC :
· Pertahankan catatan intake
danoutput yang akurat
· Monitor status hidrasi (
kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,tekanan darah
ortostatik ), jika
diperlukan
· Monitor hasil lab yang
sesuaidengan retensi cairan (BUN , Hmt ,osmolalitas urin, albumin,
totalprotein )
· Monitor vital sign setiap
15menit – 1jam
· Kolaborasi pemberian cairan
IV
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan oral
· Berikan penggantian
nasogatrik
sesuai output (50 – 100cc/jam)
· Dorong keluarga untuk
membantu
pasien makan
· Kolaborasi dokter jika tanda
cairan
berlebih muncul meburuk
· Atur kemungkinan tranfusi
· Persiapan untuk tranfusi
· Pasang kateter jika perlu
· Monitor intake dan urin
outputsetiap 8 jam
|
7
|
Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhantubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencernanutrisi oleh karena
faktorbiologis, psikologis atauekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
|
NOC:
a. Nutritional status:
Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : foodand Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakankeperawatan
selama….nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
capacity
Jumlah limfosit
|
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat
catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB
dan gula
darah
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dantindakan
tidakselama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringanjaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi
selama makan
Kolaborasi pemberan anti
emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonikpapila lidah dan cavitas oval
|
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsuhidayat,
et.al. 2004.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC
Tambayong, dr. Jan. 2002. Patofisiologi
untuk Keperawatan. Jakarta :
EGC
Erfandi, (2009) .Pengetahuan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi. [Internet], Tersedia dalam: http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19 Pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi
Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC
Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan
Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Arief Mansjoer.2004 .Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica Aesculaplus FK UI
Jennifer,
2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen.
Edisi II. 2001. EGC
0 comments:
Post a Comment