Breaking News
Loading...
Wednesday 2 March 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS PADA Ny. R
DI RUANG PERAWATAN NURI B
RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN


IMG_20150401_202748.jpg




DISUSUN OLEH :


“KELOMPOK II”

1.  ANNISA ARYATI                            (14.IK.375)
      2.  ERWIN SETIAWAN                  (14.IK.386)
3. M. NASIR INDRA WAHYUDI       (14.IK.401)
4.  RISTAMI                                            (14.IK.411)






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN 2016


LEMBAR PERSETUJUAN



JUDUL KASUS                                 : DIABETES MELITUS
NAMA MAHASISWA                     : - ANNISA ARYATI                          (14.IK.375)
                                                            : - ERWIN SETIAWAN                    (14.IK.386)
                                                            : - M. NASIR INDRA WAHYUDI  (14.IK.401)
                                                            : - RISTAMI                                       (14.IK.411)


Banjarmasin,………………............2016




Menyetujui,

RS.Sari Mulia Banjarmasin                                                     Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
    Pembimbing (CI)                                                                Pembimbing (CT)


……………………………….                                               ………………………………….

    Pembimbing ( CT )                         Pembimbing (CT)                    Pembimbing ( CT )
        Farmasi                                              Dokter                                   Kebidanan


..............................                   ..............................                  ..............................
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS                                 : DIABETES MELITUS
NAMA MAHASISWA                     : - ANNISA ARYATI                                    (14.IK.375)
                                                            : - ERWIN SETIAWAN                    (14.IK.386)
                                                            : - M. NASIR INDRA WAHYUDI  (14.IK.401)
                                                            : - RISTAMI                                       (14.IK.411)


Banjarmasin,………………............2016

Menyetujui,

RS.Sari Mulia Banjarmasin                                                     Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
    Pembimbing (CI)                                                                Pembimbing (CT)


……………………………….                                               ………………………………….

    Pembimbing ( CT )                         Pembimbing (CT)                    Pembimbing ( CT )
        Farmasi                                              Dokter                                   Kebidanan

     ..............................                          ..............................                  ..............................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin


Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH
NIK. 19.44.2004.008
KATA PENGANTAR


          Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang kami panjatkan puja dan puji sykur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan LAPORAN PENDAHULUAN ini untuk pemenuhan tugas Pre Ners KMB I.

          Adapun Laporan Pendahuluan ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, dan Tinjauan Pustaka. Akhir kata semoga Laporan Pendahuluan  ini bisa bermanfaat bagi orang banyak khususnya dari kelompok kami sendiri.


                                                                       

            Banjarmasin, 09 Januari 2016


















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                        Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2011). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo (2009) Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) jika insulin tidak aktif ,glukosa masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam darah meningkat. Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ) jumlah insulin cukup,mungkin malah lebih banyak tetapi  reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sensitif. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang hingga 50-60 % dari normal dan jumlah sel alfa meningkat baik pada diabetes melitus tipe 1 maupun diabetes mellitus tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kdar itu melewati batas ambang ginjal, glukosa tersebut akan keluar melalui urin. Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan mengalami penurunan dengan cepat, biasanya akan mengalami penurunan nutrisi kurang dari tubuhnya. (Sujano & Sukarmin,2008).
Jumlah diabetes didunia yang tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara mencengang dan melonjak naik ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara sedang berkembang,hampir seluruh diabetes tergolong sebagai penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok masyarakat yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Zimmer,1991). Menurut world health organization (WHO) Indonesia menjadi Negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah kurang lebih 8,6 % pada tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan kenaikan 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (Darusman,2009).  Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 1982 hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase tersebut terus menanjak mencapai angka 5,75 % dan 13,6 % ,77 demikian berturut-turut hingga pada tahun 1992 dan 2001 (Farmacia,2003).
Pada tahun 2003, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk di dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus. Di Indonesia penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 jumlah mencapai 8,4 juta jiwa, pada tahun 2003 sekitar 13.797.470 jiwa sedangkan 2005 mencapai 24 juta jiwa. Penelitian epidemiologis di Indonesia menunjukan bahwa prevalensi nasional diabetes mellitus pada tahun 2007 pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun adalah sebesar 5,7%.
Di Kalimantan selatan, prevalensi diabetes mellitus sebesar 11,1%. Pada tahun 2004-2008 di Kalimantan selatan di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah pasien diabetes mellitus rawat jalan tercatat sebanyak 22.406 orang dan pasien diabetes mellitus rawat inap sebanyak 2.625 orang.
Pada diabetes mellitus tipe 2 biasanya memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Nutrisi biasanya menjadi masalah utama sehingga terapi nutrisi diabetes tipe 2 merupakan hal penting. Penurunan berat badan akan meningkatkan pengendalian glukosa darah . asupan kolesterol pada diabetes mellitus tipe 2 kurang dari 300 mg sehingga pasien diabetes tipe 2 menghadapi resiko tinggi terkena penyakit atau gangguan kardiovaskular ( Suprajitno,2004).
Latar belakang kami membahas tentang penyakit ini karena sampai sekarang masih banyak penderita diabetes mellitus. Yang hanya diketahui oleh masyarakat penyebab penyakit ini dari faktor genetik dan pola hidup tapi ternyata ketidaktahuan dan kurang informasi tentang penyakit tersebut padahal sudah jelas penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi.

B.     Rumusan Masalah
                        Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit diabetes mellitus, rumusan masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus?”

C.    Tujuan
1)      Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus sesuai standar keperawatan.
2)      Tujuan Khusus
                                           a.            Mengetahui pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus beserta keluarganya.
                                          b.            Mampu menganalisa data pada pasien dengan diabetes mellitus.
                                           c.            Mampu menentukan diagnose keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
                                          d.            Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
                                           e.            Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan diabetes mellitus
                                           f.            Mengetahui evaluasi pada pasien dengan diabetes mellitus.

D.    Manfaat
1)      Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.
2)      Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien diabetes mellitus .
3)      Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita diabetes mellitus.
4)      Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien diabetes mellitus terutama dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.



BAB ll
Tinjauan Pustaka

A.    Anatomi fisiologis
 
















           Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan fungsi eksokrin (Sloane, 2003). Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus (Sloane, 2003).


Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003), yaitu:

a)               Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
b)               Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah.

          Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003).
          Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ.
Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut, Sloane (2003):
                              a.            Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity.
                              b.            Sel beta menyekresi insulin yang menurunkan kadar gula darah.
                              c.            Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan yang menghambat sekresi glukagon dan insulin.
                             d.            Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas.

          Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah (Manaf, 2006).

          Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam sel tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007).

          Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami secara jelas (Manaf, 2006).

          Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca² sehingga meningkatkan kadar ion Ca² intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006).

B.     Pengertian
            Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan soegondo,2009)



C.     Epidemiologi
            Jumlah diabetes didunia yang tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara mencengang dan melonjak naik ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara sedang berkembang,hampir seluruh diabetes tergolong sebagai penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok masyarakat yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Zimmer,1991). Menurut world health organization (WHO) Indonesia menjadi Negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah kurang lebih 8,6 % pada tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan kenaikan 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (Darusman,2009).  Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 1982 hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase tersebut terus menanjak mencapai angka 5,75 % dan 13,6 % ,77 demikian berturut-turut hingga pada tahun 1992 dan 2001 (Farmacia,2003).

D.    Etiologi
            Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

E.     Patofisiologi
            Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada  tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). (Arisman,2011)
            Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner & Suddarth,2002)
            Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cara cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Newsroom,2009)
            Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. (Santosa,budi.2007)
            Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan di pertahankan pada tingkatan yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II. Namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan         keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah.(suprajitno,2004)



























F.      Pathway
Energy berkurang
 
Patofisiologi dan Pathway Diabetes Melitus (DM).jpg
                    
 










G.    Manifestasi klinis
            Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

a.       Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b.      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.       Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.

            Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

H.    Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
1)        Komplikasi Akut
a.  Hipoglikemia
           Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).
b.      Hiperglikemia
           Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
1. Diabetes Keto Asidosis (DKA)

        Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo, 2006).
2. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)
        Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).
2)      Komplikasi Kronik
a)        Penyakit Makrovaskuler
               Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).
b)        Penyakit Mikrovaskuler,
   Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006).
c)      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002).

d)     Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).
I.       Penatalaksanaan
1.        Medis
     Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
(Corwin,EJ.2009)
                                           a.            Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1)      Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)      Mengarahkan pada berat badan normal
3)      Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4)      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5)      Menarik dan mudah diberikan
                               Prinsip diet DM, adalah :
1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis : boleh dimakan / tidak
        Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3            J yaitu:
                                                             a.     jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
                                                            b.     jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
                                                             c.     jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
1.  Kurus (underweight)       BBR < 90 %
2.  Normal (ideal)                 BBR 90% - 110%
3.  Gemuk (overweight)       BBR > 110%
4.   Obesitas apabila             BBR > 120%
                                                                              a.             Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
                                                                             b.             Obesitas sedang       BBR 130% - 140%
                                                                              c.             Obesitas berat          BBR 140% -  200%
                                                                             d.             Morbid                     BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita   DM yang bekerja biasa adalah :
      1.      Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
      2.      Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
      3.      Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
      4.      Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari     

                                            b.            Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah
1)      Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2)        Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
3)        Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
4)        Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5)        Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6)        Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
                                               c.           Penyuluhan
   Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. (Hardhi Kusuma,2013)
                                              d.           Obat
   Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO). (Asman 2006)
   1)      Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
            2)      Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a.       Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
b.      Menghambat absorpsi karbohidrat
c.       Menghambat glukoneogenesis di hati
d.      Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
e.       Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
f.       Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler

3)        Insulin (Suddarth.2002)
                                    Indikasi penggunaan insulin
a)        DM tipe I
b)        DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c)        DM kehamilan     
d)       DM dan gangguan faal hati yang berat
e)        DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)                     
f)         DM dan TBC paru akut
g)        DM dan koma lain pada DM
h)        DM operasi
i)          DM patah tulang
j)          DM dan underweight
k)        DM dan penyakit Graves
Cara pemberian insulin :
Dilakukan dengan injeksi subkutan Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain
4)       Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.


2.        Keperawatan
           Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Anamnese (Asman,2006)
                         a.            Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
                         b.            Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
                         c.            Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
                        d.            Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
                         e.            Riwayat psikososial
                          f.            Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
                         g.            Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus
                         h.            poliuria, polidipsia, polifagia,penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
                           i.            Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus. (manaf.2006) :
a.       Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
b.      Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
c.       Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
d.      Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
e.       Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
f.        Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
g.      Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.      Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.        Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.


J.       Diagnosa Keperawatan
1.         Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
2.         Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum
3.         Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh
4.         Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan
5.         Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan
K.    Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
Ø  Pain level
Ø  Pain control
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

Ø  Mampu mengontrol nyeri
Ø  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Ø  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Ø  Pain Management
1.    Lakukan pengkajian yang komprehensif (meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
2.    Observasi ketidak nyamanan non verbal
3.    Ajarkan teknik non farmakologi misalnya relakssasi, distraksi, nafas dalam
4.    Monitoring tanda-tanda vital
5.    Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik

2.
Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum

ØEnergy Conservation
Ø Activty tolerance

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan klien meningkatkan ambulasi atau aktivitas dengan kriteria hasil :

Ø  Mampu meningkatkan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Ø  Mampu berpindah dengan atau tanpa alat bantu
Ø  Tanda-tanda vital normal
Ø  Activty Therapy
1.    Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2.    Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik ,psikologi dan sosial
3.    bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
4.    monitoring tanda-tanda vital
5.      kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
3.
Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh

Ø  Immune status
Ø  Knowledge : infection control

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi   dengan kriteria hasil

Ø  Klien bebas dari tanda dan gejalan infeksi
Ø  Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Ø  Menunjukan perilaku hidup sehat
Ø  Jumlah leukosit dalam batas normal

Ø Infection control
1.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.    Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
3.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
4.    Tingkatkan intake nutrisi yang adekuat
5.      Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
4.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan

Ø  Nutritional status : food and fluid intake
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi lebih  kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasil
Ø  BB normal sesuai dengan TB
Ø  Mrngerti faktor yang meningkatkan BB
Ø  Memodifikasi diet untuk mengontroll berat badan
Ø  Tanda tanda vital normal

Ø  Nutrition Management

1.      Monitor TTV
2.      Dorong pasien untuk menguubah kebiasaan makan
3.      Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
5.
perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan
Ø  Circulation status
Ø  Tissue prefusion : cerebral

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan tidak efektif tidak terjadi dengan kriteria hasil
Ø  Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
Ø  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Ø  Tanta tanda vital normal
Ø  Peripheral sensation management

1.      Monitor TTV
2.      Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
3.      Monitor adanya tromboflebitis
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik

DAFTAR PUSTAKA
Andradjati Retnosari,dkk.2009.ISO Farmakoterapi.Jakarta:ISFI
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,          Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:        Waluyo
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:        EGC
Carpenito & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol 3.    Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.          Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura           dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:      Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New         Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media       Aesculapius

Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam:     Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas        Indonesia, 1868.

Newsroom, 2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan           diagnosa medis dan NANDA NIC –NOC, Jilid 1 Edisi Revisi. Media Action Publishing

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
      


0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved