LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
PADA Ny. R
DI RUANG PERAWATAN NURI B
RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
“KELOMPOK II”
1. ANNISA ARYATI (14.IK.375)
2. ERWIN SETIAWAN (14.IK.386)
3. M. NASIR INDRA WAHYUDI (14.IK.401)
4.
RISTAMI
(14.IK.411)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI
MULIA BANJARMASIN
TAHUN 2016
LEMBAR
PERSETUJUAN
JUDUL
KASUS :
DIABETES MELITUS
NAMA
MAHASISWA : - ANNISA
ARYATI (14.IK.375)
:
- ERWIN SETIAWAN (14.IK.386)
:
- M. NASIR INDRA WAHYUDI (14.IK.401)
:
- RISTAMI (14.IK.411)
Banjarmasin,………………............2016
Menyetujui,
RS.Sari Mulia Banjarmasin Program
Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
Pembimbing
(CI) Pembimbing
(CT)
………………………………. ………………………………….
Pembimbing
( CT ) Pembimbing (CT) Pembimbing
( CT )
Farmasi Dokter Kebidanan
.............................. .............................. ..............................
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
KASUS :
DIABETES MELITUS
NAMA
MAHASISWA : - ANNISA
ARYATI (14.IK.375)
:
- ERWIN SETIAWAN (14.IK.386)
:
- M. NASIR INDRA WAHYUDI (14.IK.401)
:
- RISTAMI (14.IK.411)
Banjarmasin,………………............2016
Menyetujui,
RS.Sari Mulia Banjarmasin Program
Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
Pembimbing
(CI) Pembimbing
(CT)
………………………………. ………………………………….
Pembimbing
( CT ) Pembimbing (CT) Pembimbing ( CT )
Farmasi Dokter Kebidanan
.............................. .............................. ..............................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
Dini
Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH
NIK.
19.44.2004.008
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang
maha pengasih lagi maha penyayang kami panjatkan puja dan puji sykur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan LAPORAN PENDAHULUAN ini untuk pemenuhan tugas
Pre Ners KMB I.
Adapun Laporan Pendahuluan ini berisi
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, dan Tinjauan Pustaka. Akhir
kata semoga Laporan Pendahuluan ini bisa
bermanfaat bagi orang banyak khususnya dari kelompok kami sendiri.
Banjarmasin, 09 Januari 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diabetes
mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute
atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak
(Billota,2011). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo (2009) Diabetes mellitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative. Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe
1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) jika insulin tidak aktif
,glukosa masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam darah meningkat. Sedangkan
diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus )
jumlah insulin cukup,mungkin malah lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang sensitif. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai
lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2
jumlah sel beta berkurang hingga 50-60 % dari normal dan jumlah sel alfa
meningkat baik pada diabetes melitus tipe 1 maupun diabetes mellitus tipe 2
kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kdar itu melewati batas ambang
ginjal, glukosa tersebut akan keluar melalui urin. Pada penderita diabetes
mellitus biasanya akan mengalami penurunan dengan cepat, biasanya akan
mengalami penurunan nutrisi kurang dari tubuhnya. (Sujano & Sukarmin,2008).
Jumlah
diabetes didunia yang tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara
mencengang dan melonjak naik ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara
sedang berkembang,hampir seluruh diabetes tergolong sebagai penyandang diabetes
mellitus tipe 2 sebanyak 40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok
masyarakat yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern
(Zimmer,1991). Menurut world health organization (WHO) Indonesia menjadi Negara
dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah
kurang lebih 8,6 % pada tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan kenaikan 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia
(Darusman,2009). Prevalensi diabetes
mellitus pada tahun 1982 hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase
tersebut terus menanjak mencapai angka 5,75 % dan 13,6 % ,77 demikian
berturut-turut hingga pada tahun 1992 dan 2001 (Farmacia,2003).
Pada
tahun 2003, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau
5,1% dari 3,8 milyar penduduk di dunia yang berusia 20-79 tahun menderita
diabetes mellitus. Di Indonesia penderita diabetes mellitus pada tahun 2000
jumlah mencapai 8,4 juta jiwa, pada tahun 2003 sekitar 13.797.470 jiwa
sedangkan 2005 mencapai 24 juta jiwa. Penelitian epidemiologis di Indonesia
menunjukan bahwa prevalensi nasional diabetes mellitus pada tahun 2007 pada
penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun adalah sebesar 5,7%.
Di
Kalimantan selatan, prevalensi diabetes mellitus sebesar 11,1%. Pada tahun
2004-2008 di Kalimantan selatan di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah pasien diabetes
mellitus rawat jalan tercatat sebanyak 22.406 orang dan pasien diabetes
mellitus rawat inap sebanyak 2.625 orang.
Pada
diabetes mellitus tipe 2 biasanya memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Nutrisi
biasanya menjadi masalah utama sehingga terapi nutrisi diabetes tipe 2
merupakan hal penting. Penurunan berat badan akan meningkatkan pengendalian
glukosa darah . asupan kolesterol pada diabetes mellitus tipe 2 kurang dari 300
mg sehingga pasien diabetes tipe 2 menghadapi resiko tinggi terkena penyakit
atau gangguan kardiovaskular ( Suprajitno,2004).
Latar
belakang kami membahas tentang penyakit ini karena sampai sekarang masih banyak
penderita diabetes mellitus. Yang hanya diketahui oleh masyarakat penyebab
penyakit ini dari faktor genetik dan pola hidup tapi ternyata ketidaktahuan dan
kurang informasi tentang penyakit tersebut padahal sudah jelas penyakit ini
dapat menimbulkan komplikasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit diabetes mellitus, rumusan
masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus?”
C.
Tujuan
1) Tujuan
Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus sesuai standar keperawatan.
2) Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui pengkajian pada pasien dengan
diabetes mellitus beserta keluarganya.
b.
Mampu menganalisa data pada pasien
dengan diabetes mellitus.
c.
Mampu menentukan diagnose keperawatan
pada pasien diabetes mellitus.
d.
Mampu mengetahui penyusunan perencanaan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
e.
Mampu melaksanakan implementasi pada
pasien dengan diabetes mellitus
f.
Mengetahui evaluasi pada pasien dengan
diabetes mellitus.
D.
Manfaat
1) Bagi
Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai
tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan
penyakit diabetes mellitus dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan diabetes mellitus.
2) Bagi
Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai
pengetahuan tentang perawatan pada pasien diabetes mellitus .
3) Bagi
Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi
perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut
untuk perawatan mutu pasien khusus penderita diabetes mellitus.
4) Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam
peningkatan pada pasien diabetes mellitus terutama dibidang dokumentasi asuhan
keperawatan.
BAB
ll
Tinjauan
Pustaka
A.
Anatomi fisiologis
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di
bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan
fungsi eksokrin (Sloane, 2003). Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai
sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus
pankreas ke dalam usus halus (Sloane, 2003).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003),
yaitu:
a)
Asini sekresi getah pencernaan
ke dalam duodenum.
b)
Pulau langerhans yang
mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan insulin dan glukagon
langsung ke darah.
Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang
terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau
langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003).
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ.
Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi
dalam pulau-pulau tersebut, Sloane (2003):
a.
Sel alfa, jumlah sekitar 20-40
%, memproduksi glukagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai antiinsulin like activity.
b.
Sel beta menyekresi insulin
yang menurunkan kadar gula darah.
c.
Sel
delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan yang
menghambat sekresi glukagon dan insulin.
d.
Sel F
menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang
tidak jelas.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian
asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal,
bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan
ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa
darah (Manaf, 2006).
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor
hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim
peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang
kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam
sel tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai
menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007).
Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi
berlangsungnya proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin
dalam proses utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat,
merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi
insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat
memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya
rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami secara
jelas (Manaf, 2006).
Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa
memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati
membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT)
adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan proses
metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa
masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT
2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya
glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan
langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat
mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP.
Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan proses
penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya
pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang
diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca²⁺ sehingga
meningkatkan kadar ion Ca²⁺ intrasel,
suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang
cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006).
B.
Pengertian
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau
resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan
metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman
dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan soegondo,2009)
C.
Epidemiologi
Jumlah diabetes didunia yang
tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara mencengang dan melonjak naik
ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara sedang berkembang,hampir
seluruh diabetes tergolong sebagai penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebanyak
40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok masyarakat yang terlanjur
mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Zimmer,1991). Menurut world
health organization (WHO) Indonesia menjadi Negara dengan jumlah penderita
diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah kurang lebih 8,6 % pada
tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan kenaikan 8,2
juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (Darusman,2009). Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 1982
hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase tersebut terus menanjak
mencapai angka 5,75 % dan 13,6 % ,77 demikian berturut-turut hingga pada tahun
1992 dan 2001 (Farmacia,2003).
D.
Etiologi
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena
kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap
glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
E.
Patofisiologi
Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). (Arisman,2011)
Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner & Suddarth,2002)
Defisiensi
insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cara
cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting. (Newsroom,2009)
Diabetes Tipe II.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
(Santosa,budi.2007)
Untuk
mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan di pertahankan pada tingkatan
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel – sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II. Namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian
diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah.(suprajitno,2004)
F.
Pathway
|
G. Manifestasi
klinis
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a.
Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus
yang berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b.
Kadar glukosa darah pada waktu
puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.
Kadar glukosa darah dua jam
sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan
yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus
menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).
H.
Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa
komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
1)
Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah
harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang
melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih
dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit
mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih
tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar
arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).
b.
Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan
meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui
perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya
akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
1. Diabetes Keto Asidosis (DKA)
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah
keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif (Soewondo, 2006).
2. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non
Ketotik (KHHNK)
Sindrom KHHNK ditandai dengan
hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama
adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan
neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).
2)
Komplikasi Kronik
a)
Penyakit Makrovaskuler
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit
pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang
mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang
mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat
keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).
b)
Penyakit Mikrovaskuler,
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Kelainan yang terjadi
pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian
berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi
laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal
yangmemerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).
Berbagai kelainan akibat DM dapat
terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif sampai
perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat
menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui
pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006).
c)
Neuropati saraf sensorik
(berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal,
kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002).
d)
Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).
I.
Penatalaksanaan
1.
Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
(Corwin,EJ.2009)
a.
Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki
kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan
pada berat badan normal
3) Menekan
dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan
modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik
dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah
sesuai kebutuhan
2) Jadwal
diet ketat
3) Jenis
: boleh dimakan / tidak
Dalam
melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
a. jumlah
kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah
b. jadwal
diit harus sesuai dengan intervalnya
c. jenis
makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus
harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan
dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal)
dengan rumus :
1.
Kurus (underweight) BBR
< 90 %
2.
Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3.
Gemuk (overweight) BBR
> 110%
4.
Obesitas
apabila BBR
> 120%
a.
Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
b.
Obesitas sedang BBR 130% - 140%
c.
Obesitas berat BBR 140% - 200%
d.
Morbid BBR >200 %
Sebagai
pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1.
Kurus (underweight) BB X 40-60
kalori sehari
2.
Normal (ideal) BB X
30 kalori sehari
3.
Gemuk (overweight) BB X 20
kalori sehari
4.
Obesitas apabila BB X
10-15 kalori sehari
b.
Latihan
Beberapa
kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah
1) Meningkatkan
kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi
insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2)
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan
pagi dan sore.
3)
Memperbaiki aliran perifer dan menambah
suplai oksigen.
4)
Meningkatkan kadar kolesterol – high
density lipoprotein
5)
Kadar glukosa otot dan hati menjadi
berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6)
Menurunkan kolesterol (total) dan
trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c.
Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya. (Hardhi Kusuma,2013)
d.
Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat
Hipoglikemik Oral (OHO). (Asman 2006)
1)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat
ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida
tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a. Biguanida
pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
b. Menghambat
absorpsi karbohidrat
c. Menghambat
glukoneogenesis di hati
d. Meningkatkan
afinitas pada reseptor insulin
e. Biguanida
pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
f. Biguanida
pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
3)
Insulin (Suddarth.2002)
Indikasi penggunaan insulin
a)
DM tipe I
b)
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak
dapat dirawat dengan OAD
c)
DM kehamilan
d) DM
dan gangguan faal hati yang berat
e)
DM dan gangguan infeksi akut (selulitis,
gangren)
f)
DM dan TBC paru akut
g)
DM dan koma lain pada DM
h)
DM operasi
i)
DM patah tulang
j)
DM dan underweight
k)
DM dan penyakit Graves
Cara pemberian insulin :
Dilakukan dengan injeksi subkutan Insulin
regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara
lain
4) Cangkok
pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah
segmental dari donor hidup saudara kembar identik.
2.
Keperawatan
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin
diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi :
biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Anamnese (Asman,2006)
a.
Keluhan
Utama
Cemas, lemah,
anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton
pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan
sakit kepala
b.
Riwayat
kesehatan sekarang
Berisi
tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab
terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c.
Riwayat
kesehatan dahulu
Adanya
riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d.
Riwayat
kesehatan keluarga
Riwayat
atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat
pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e.
Riwayat
psikososial
f.
Meliputi
informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
g.
Kaji
terhadap
manifestasi Diabetes Mellitus
h.
poliuria,
polidipsia, polifagia,penurunan
berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang,
dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya
komplikasi aterosklerosis.
i.
Kaji
pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan
diabetes mellitus. (manaf.2006) :
a. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
b.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
c.
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
d.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
e.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
f.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul,
ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus,
menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada
daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
J.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
Injury Biologis
2.
Intoleransi
Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum
3.
Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi
mikroorganisme dalam tubuh
4.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan
5.
Perfusi jaringan tidak efektif
berhubungan dengan hipoksemia jaringan
K. Intervensi
Keperawatan
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Nyeri
Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
|
Ø Pain
level
Ø Pain
control
Setelah
dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil :
Ø
Mampu
mengontrol nyeri
Ø
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Ø Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
|
Ø
Pain
Management
1.
Lakukan
pengkajian yang komprehensif (meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi.
2.
Observasi
ketidak nyamanan non verbal
3.
Ajarkan
teknik non farmakologi misalnya relakssasi, distraksi, nafas dalam
4.
Monitoring
tanda-tanda vital
5.
Kolaborasi
dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik
|
2.
|
Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan
Kelemahan umum
|
ØEnergy
Conservation
Ø
Activty tolerance
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan klien meningkatkan
ambulasi atau aktivitas dengan kriteria hasil :
Ø Mampu
meningkatkan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Ø Mampu
berpindah dengan atau tanpa alat bantu
Ø Tanda-tanda
vital normal
|
Ø Activty
Therapy
1.
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
2.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik ,psikologi dan sosial
3.
bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
4.
monitoring tanda-tanda vital
5.
kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
|
3.
|
Resiko
Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh
|
Ø Immune
status
Ø Knowledge
: infection control
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24
jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil
Ø Klien bebas dari tanda dan gejalan
infeksi
Ø Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Ø Menunjukan perilaku hidup sehat
Ø Jumlah leukosit dalam batas normal
|
Ø Infection
control
1.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
2.
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
3.
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
4.
Tingkatkan intake nutrisi yang adekuat
5.
Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
|
4.
|
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake cairan
|
Ø
Nutritional status : food and fluid intake
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi lebih kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan
kriteria hasil
Ø
BB normal sesuai dengan TB
Ø
Mrngerti faktor yang meningkatkan BB
Ø
Memodifikasi diet untuk mengontroll berat badan
Ø
Tanda tanda vital normal
|
Ø Nutrition
Management
1.
Monitor TTV
2.
Dorong pasien untuk menguubah kebiasaan makan
3.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
|
5.
|
perfusi
jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan
|
Ø
Circulation status
Ø
Tissue prefusion : cerebral
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan
tidak efektif tidak terjadi dengan kriteria hasil
Ø
Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
Ø
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
kemampuan
Ø
Tanta tanda vital normal
|
Ø Peripheral
sensation management
1.
Monitor TTV
2.
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
3.
Monitor adanya tromboflebitis
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
|
DAFTAR PUSTAKA
Andradjati
Retnosari,dkk.2009.ISO Farmakoterapi.Jakarta:ISFI
Arisman, (2011).
Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed.
Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes
Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Bilotta,
Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner &
Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar
keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito
& suddarth.2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin,
EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3
Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1886-1888.
Indriastuti, Na.
2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny.
J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Johnson, M., et
all. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer,
A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Manaf,
Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi
dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1868.
Newsroom,
2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus.
Nurarif,
Amin Huda, Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC –NOC, Jilid 1 Edisi Revisi. Media Action Publishing
Rab,
T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical
Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi.
2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga,
EGC, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment