Breaking News
Loading...
Wednesday, 2 March 2016

Modul Sistem Respirasi TB Paru

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH 1

A.   KASUS
                 Tn.G berobat kepuskesmas dengan keluhan batuk berat. Menurut Tn.G keluhan batuk telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu  dan sering demam pada malam hari. Pemeriksaan fisik ditemui adanya anemis pada seluruh tubuh. Suhu tubuh febris, berat badan turun disertai malaise, haemaptoe ditemui setiap batuk dan semakin  parah apabila batuk yang parah. Pemeriksaan Bakteriologik (sputum) positif BTA. Tn.G dirujuk ke RSU untuk pemeriksaan dan terapi inap lebih  lanjut. Terapi yang ada dari puskesmas adalah OAT dengan metode DOTS.

B.   Tugas Mahasiswa
     Membuat sebanyak mungkin pertanyaan yang timbul setelah menganalisis LBM diatas.

C.   Cara Belajar
1.    Menerapkan metode SEVEN JUMP
2.    Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengidentifikasi pertanyaan teori, sumber belajar dan pertanyaan praktik
3.    Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber belajar dan alternative jawaban
4.    Konsultasi untuk memperdalam pemahaman kasus








BAB II
METODE SEVEN JUMP


A.   Jump 1
Klarifikasi istilah yang belum dipahami :
                    a.        Haemaptoe
            Hemaptoe (batuk darah) adalah darah berdahak yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (dari glotis dan ke distal)
                    b.        Positif BTA
                    c.        Terapi OAT dengan metode DOTS

B.   Jump 2
Menetapkan dan mendefinisikan masalah
1)    Penyakit apa yang di derita Tn. G ?
Jawab :
            Berdasarkan hasil pemeriksaan di sertai tanda dan gejala yang timbul maka Tn. G di diagnosa menderita penyakit Tuberkulosis Paru   ( TB Paru ).

2)    Apa pengertian TB Paru ?
Jawab :
            Tuberkulosis paru ( TB Paru ) merupakan penyakit infeksi paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bovis.

3)    Apa penyebab TB Paru ?
Jawab :
            Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bovis kuman tersebut    mempunyai ukuran 0,5 – 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid ( terutama asam mikolat ).
            Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering atau dingin, bersifat dorman dan aerob.

4)    Apa saja tanda dan gejala dari TB Paru ?
Jawab :
            Seseorang bisa ditetapkan sebagai penderita tuberkulosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama ( cardinal symptom ) pada dirinya. Gejala utama pada kasus TB Paru yaitu :
·         Batuk Berdahak lebih dari 3 minggu
·         Batuk Berdarah ( Haemaptoe )
·         Sesak Nafas
·         Nyeri Dada
·         Positif BTA
Adapun gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi/meriang, dan penurunan berat badan.

5)    Batuknya disebabkan oleh apa ?
            Jawab :
   Batuk dibedakan menjadi 2 yaitu Batuk kering dan Batuk berdahak
A.   Batuk Kering
   Dalam bahasa inggris disebut noproductive cough merupakan batuk yang tidak menghasilkan dahak atau lendir (kering).
   Penyebab Batuk Kering. Ada banyak penyebab batuk kering, antara lain: Penyakit virus. Setelah pilek, batuk kering dapat berlangsung beberapa minggu lebih lama dari gejala lain dan sering memburuk di malam hari. Bronkospasme. Batuk kering yang terjadi terutama pada malam hari, mungkin merupaan akibat kejang pada saluran bronkial (bronkospasme) yang disebabkan oleh iritasi. Alergi. Sering bersin juga merupakan gejala umum dari rinitis alergi. Bersin pada rinitis alergi biasanya juga disertai dengan batuk kering. Obat Darah Tinggi. Ada obat darah tinggi yang dapat menimbulkan batuk yaitu obat golongan ACE inhibitor. Contohnya yang paling populer yaitu kaptopril (Capoten, ottoril, farmoten), enalapril maleat (Vasotec), dan lisinopril (Prinivil, Zestril, atau Zestoretic). Asma. Batuk kering kronis dapat menjadi tanda asma ringan. Gejala lain mungkin menyertai termasuk mengi, sesak napas, atau perasaan sesak di dada. Paparan debu, asap, dan bahan kimia di lingkungan kerja.
                                                                     
B.   Batuk Berdahak
   Batuk berdahak dalam bahasa inggris disebut productive cough artinya batuk tersebut menghasilkan dahak atau lendir baik yang mudah atau bisa dikeluarkan atau dahak yang sulit dikeluarkan. Lendir atau dahak tersebut sampai ditenggorokan karena berasal dari hidung/sinus, dan paru-paru. Sebaiknya batuk berdahak ini jangan ditekan atau dihentikan (dengan obat-obatan misalnya) karena seperti sudah disebut diatas batuk ini adalah proses untuk membersihkan paru-paru.
   Penyebab batuk berdahak yaitu Penyakit akibat virus. Merupakan kondisi normal jika terdapat batuk berdahak ketika seseorang mengalami flu biasa atau pilek yang disebabkan oleh virus. Karena batuk sering kali dipicu oleh lendir yang mengalir dari hidung ke bagian belakang tenggorokan. Infeksi. Infeksi paru-paru atau saluran napas bagian atas dapat menyebabkan batuk. Batuk berdahak mungkin merupakan gejala pneumonia, bronkitis, sinusitis, atau TBC. Penyakit paru-paru kronis. Batuk berdahak bisa menjadi tanda bahwa penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) semakin buruk atau bahwa sedang terjadi infeksi. Asam lambung naik. Jenis batuk mungkin merupakan gejala dari penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) atau naiknya asam lambung sampai ke tenggorokan sehingga merangsang batuk dan kondisi seperti ini sering kali dapat membangunkan Anda dari tidur. Nasal discharge (postnasal drip). Biasanya terjadi pada pasien sinusitis dimana cairan kental dari sinus mengalir ke tenggorokan paling sering terasa pada pagi hari ketika bangun tidur. Hal ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau perasaan bahwa Anda terus-menerus perlu untuk membersihkan tenggorokan.

6)    Penyebab penurunan Berat Badan karena efek batuk atau Karena dari efek lain ?
Jawab :
Ada beberapa penyebab penurunan Berat Badan :
1.    Depresi
      Depresi bisa menyebabkan penurunan berat badan yang tak bisa dijelaskan. Orang yang depresi akan kesulitan memasak, makan atau beristirahat. Nafsu makan yang berkurang atau banyak pikiran bisa membuat berat badan turun. Segera berkonsultasi dengan ahlinya dan membantu memerangi masalah depresi yang membuat berat badan Anda turun.

2. Hipertiroidisme
                 Tiroid yang terlalu aktif menghasilkan terlalu banyak tiroksin . Hal ini mempercepat tingkat metabolisme tubuh Anda secara dramatis sehingga membuat berat badan turun mendadak, berkeringat, dan mudah tersinggung. Namun, ada obat anti - tiroid yang membantu menurunkan laju produksi hormon tiroid . Tapi diagnosis dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk mengakhiri masalah Anda.

3. Diabetes
             Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah diabetes berhubungan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Padahal sebaliknya, penurunan berat badan setelah diteliti sebagai tanda awal diabetes Ini karena meningkatnya buang air kecil dan kadar glukosa meningkat sehingga massa otot mulai menyusut. Obat untuk mengontrol kadar insulin dan deteksi dini merupakan cara Anda dapat mengatasi penyakit ini .

5. Tuberkulosis
        Tuberkulosis (TB) dalam kondisi kronis dan serius bisa menular dan menyebar di udara. Dengan sistem kekebalan yang lemak, Anda lebih mudah terjangkit penyakit ini.Penurunan berat badan yang drastis merupakan salah satu tanda yang paling penting dari TB. Beberapa jenis obat dan pengobatan jangka panjang membantu Anda dalam menghilangkan infeksi.

6. Kanker
        Penurunan berat badan tiba-tiba dan drastis merupakan gejala penting dari kanker. Sel-sel abnormal berkembang tak terkendali dan berpotensi menyusup dan merusak sel normal dalam pasien kanker.Kanker bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengancam jiwa. Namun, deteksi dini meningkatkan kelangsungan hidup.



7. HIV AIDS
        Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menyebabkan penyakit AIDS. Sistem kekebalan tubuh menjadi rusak sehingga mencegah memerangi organisme yang menginfeksi.Penyakit ini menular secara seksual dan menyeba melalui kontak darah. Meskipun proses bertahap, tapi hasilnya fatal. Penurunan berat badan menjadi gejala awal penyakit ini.

7)    Bagaimana cara penularan nya ?
Jawab :
            Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bovis ditularkan melalui udara (droplet nuclei)  saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.
            Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor dan faktor penjamu lainnya. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaraan darah, limfe atau langsung ke organ terdekatnya.


8)    Apa saja komplikasinya terhadap penyakit lain ?
Jawab :
·         Kerusakan tulang dan sendi
             Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman Tb menyebar dari paru-paru kejaringan tulang.
·         Kerusakan Otak
             Kuman Tb yang menyebar hingga keotak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak da seringkali berakibat fatal atau mematikan.
·         Kerusakan jantung
             Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
·         Kerusakan Hati dan Ginjal
             Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.

9)    Selain pemeriksaan bakteriologi pemeriksaan apalagi yang bisa kita lakukan untuk mengobati TBC ?
Jawab :
·         Foro rontgen dada
·         Uji laboratorium
·         Tes fungsi dada

10)    Bagaimana cara pengobatan atau terapi pada Tuberkulosis paru ?
Jawab :
            Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB. Adapun OAT dengan metode DOTS.

No
Nama Obat Tb
Cara Kerja
1.
ISONIAZIDA (H)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
2.
RIFAMPISIN
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
3.
PIRAZINAMIDA
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
4.
STREPTOMISIN
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.


11)     Berapa lama terapi OAT dengan metode DOTS ?
            Jawab :
                        Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan ) dan fase lanjutan ( 4-6 Bulan ). Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesyuai dengan rekomendasi WHO adalah Rimfapisin, Isoniazida, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol ( Depkes RI,2004)

12)      Bagaimana cara kerja terapi OAT dengan metode DOTS ?
Jawab :
            Pengobatan tuberkulosis paru menggunakan obat antituberkulosis ( OAT ) dengan metode Directly Observed Treatment Shortcourse ( DOTS )
·         Kategori l ( 2 HRZE/ 4 H3R3 ) untuk pasien TBC paru
·         Kategori ll ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan ( pasien yang pengobatan kategori l-nya gagal atau pasien yang kambuh ).
·         Kategori lll ( 2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA ( - ), Ro (+).
·         Sisipan ( HRZE ) digunakan sebagai tambahan apabila pemeriksaan alhir tahap intensif dari pengobatan l atau kategori ll ditemukan BTA  (+).
Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum makan pagi.

Kategori l
                                     a.   Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2 HRZE ) :
·         INH (H)                       : 300 mg - 1 Tablet
·         Rifampisin (R)           : 450 mg – 1 kaplet
·         Pirazinamid (Z)         : 1500 mg – 3 kaplet @500 mg
·         Etambutol (E)                        : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali.
Regimen ini disebut KOMBIPAK ll

                                        b.    Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H3R3) :
·         INH (H)                       : 600 mg – 2 tablet @300                                                      mg
·         Rifampisin (R)           : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali.
Regimen ini disebut KOMBIPAK lll

13)      Terapi OAT dengan metode DOTS bisa diberikan pada pasien apa saja ?
            Jawab :
        OAT merupakan obat antituberkulosis dengan metode Directly Observed Treatment Shortcourse ( DOTS ) dan terbagi menjadi 4 kategori
·            Kategori l ( 2 HRZE/ 4 H3R3 ) untuk pasien TBC paru
·            Kategori ll ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan      pasien yang pengobatan kategori l-nya gagal atau pasien yang kambuh ).
·            Kategori lll ( 2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA ( -       Ro (+).
·            Sisipan ( HRZE ) digunakan sebagai tambahan apabila        pemeriksaan alhir tahap intensif dari pengobatan l atau kategori          ll ditemukan BTA  (+).

        Kebanyakan OAT ini hanya diberikan kepada pasien dengan TB Paru bukan untuk penyakit lain jadi OAT hanya dikhususkan pada penderita dengan Diagnosa TB Paru primer ataupun sekunder.

C.   Jump 3
Analisis masalah
                    a.        Tn.G mengeluh batuk berat sejak 3 bulan yang lalu yang disertai dengan haemaptoe.
                    b.        Tn.G mengeluh sering merasa demam pada malam hari.
                    c.        Tn.G mengalami penurunan berat badan disertai malaise.
                    d.        Hasil pemeriksaan Bakteriologik (sputum) positif BTA.









JUMP 4
Tanda & gejala
1.      Batuk berdahak lebih dari 3 minggu.
2.      Haemaptoe
3.      Sesak nafas
4.      Nyeri dada
5.      Penurunan berat badan
6.      Demam
7.      Berkeringat pada malam hari.
Definisi :
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi paru yang disebabkan bakteri Mycobakterium Tuberculosis.

ALUR MASALAH



 Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobrakterium Tuberculosis, Mycobaktrium Bovis, dan Mycobakterium africanum
TBC
Tuberculosis paru
Patofisioligi
Penatalaksanaan
Pathway
Komplikasi
1.      Meningitis
2.      Pleuritis
3.      Bronchopneumonia
4.      Atelektasis
5.      Spondilitis
Keperawatan

Medis
Askep
Non Farmakologi
1.      Mengkonsumsi makanan bergizi
2.      Tinggal dilingkungan yg sehat
3.      Berolahraga secara rutin
4.      Mengurangi makanan bernatrium dan kafein

1.      pengkajian
2.      Diagnosa
3.      Intervensi
4.      Implementasi
5.      Evaluasi
Farmakologi
1.      Isoniazid
2.      Rifampisin
3.      Pirazinamid
4.      Streptomisin
5.      Etambutol
 































JUMP 5

TARGET DAN TUJUAN
1.    Mampu memahami kata-kata yang sulit atau tidak dimengerti.
2.    Mengidentifikasi pengertian penyakit atau gangguan sistem respirasi.
3.    Menjelaskan clinical pathway dari manifestasi klinis yang ada pada gangguan sistem respirasi.
4.    Mengidentifikasi proses timbulnya komplikasi yang dapat terjadi pada gangguan sistem respirasi.
5.    Menjelaskan beberapa pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan.
6.    Mampu mempelajari dan memahami penyakit TBC.
7.    Mampu memberikan asuhan keperawatan.
8.    Mampu menyebutkan diangnosa keperawatan yang muncul.
9.    Menjelaskan terapi yang diberikan untuk mengatasi TBC
10.   Merumuskan berbagai pendidikan kesehatan pada klien dalam kerangka persiapan pulang klien



JUMP 6
KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Tuberculosis
-Tubercolosis (TB) adalah penyakit infeksius,yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner dan Suddarth,2002)
- Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh micobacterium Tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriyadi dan Rita Yuliani,2001)
-Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang terjadi dari Micobakterium Tuberculosis (Speer,1999)

B. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes RI, 2002)
.
C.    Patofisologi
      Seseorang yang di curigai yang menghirup basil mycobacterium tuberculosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan bekembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limpe dan aliran darah kebagian tubuh lain(ginjal,tulang,kortek serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).
      Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamsi. Neutropil dan makropag mempagositosis (menelan) bakteri. Limposit yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat didalam alveoli dan terjadila bronkopneumonia. Infeksi awal biasa nya timbul dalam waktu 2 – 10 minggu setelah terpapar.
      Masa jaringan baru di sebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, di kelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding. Granuloma berubah bentuk mrenajdi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri dari atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah itu kan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi nonaktif.
      Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respon sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkuclosis yang ulserasi mengalami prooses penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumoni, pembentukan tuberkel, dan seterusnya. Peunomia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus di fagolsit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makropag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkal epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit ( membutuhkan 10-20 hari ). Daerah yang mengaalami nekrosis serta jaringan granolasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.

D. Penularan dan Faktor-faktor Risiko
    Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udar.Individu terinfeksi melalui berbicara,batuk,bersin,tertawa atau bernyanyi,melepaskan droplet.Droplet yang besar menetap,sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh indivu yang rentan.Individu yang berisiko tinggi untuk tertular Tuberkulosis adalah:
·         Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
·         Individu imunosupresif (termasuk  lansia,pasien dengan kanker,mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)
·         Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
·         Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma,tahanan,etnik dan ras minoritas,terutama anak-anak dibawah 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun)
·         Setiap indivu yang gangguan medis yang sudah ada ssebelumnya (misalnya:diabetes,gagal ginjalkronis,silikosi dan penyimpangan gizi)
·         Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara,Afrika,Amerika Latin,Karibia)
·         Setiap individu yang tinggal di institusi(misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,institusi psikiatrik,penjara).
·         Individu yang tinggal diperumahan substandar kumuh
·         Petugas kesehatan.


E. Klasifikasi
          Klasifikasi TB Paru berdasarkan gejala klinik,bakteriologik,radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnyaa.Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
a.    TB Paru BTA positif dengan kriteria:
-          Dengan atau tanpa gejala klinik
-          BTA Positif:mikroskofik positif 2 kali,mikrokospik positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali disokong radiologik positif 1 kali

b.    TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
-Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif
- BTA Negatif,biakan negatif tetapi radiologik positif

c.    Bekas TB Paru dengan kriteria:
-          Bakteriologik(mikroskopik dan biakan) negatif
-          Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan  paru.
-          Radiologik menunjukan gambaran les TB inaktif ,menunjukkan serial foto  yang tidak berubah.
-          Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat.

F. Manifestasi Klinis
         Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat dilihat dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan ( depkes,2006).
       Keluhan yang dirasakan pasien tuberkolosis dapat bermacam-macam, atau malah banyak paasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai ( asril bahar, 2001 ).
1.    Demam
            Biasa nya subfebris mempunyai influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertma dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza.
2.    Batuk/Batuk Darah
                        Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. 
3.      Sesak Napas
                        Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4.         Nyeri Dada
                        Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.         Malaise
                        Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.














G. Pathway

H. Komplikasi
          Beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari Mayo Clinic dan Everydayhealth, Jumat (16/3/2012)

1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut



2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan

3. Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.

4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.

5. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.

6. Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat.






I.Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Pemeriksaan
Interpretasi hasil
1.    Sputum
-Kultur


-Ziehi-Neelsen

2.    Tes kulit (PPD,Mantoux Vollmer)



3.    Foto thorax





4.    Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung,urine,cairan serebrospinal,biopsi kulit)

5.    Biopsi jarum pada jaringan paru

6.    Darah
-          LED



-          Limfosit

-          Elektrolit

-          Analisa gas darah



7.    Tes faal paru

Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif,penting untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap obat.
BTA positif.

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih)menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetap tidak berarti untuk menunjukkan keaktivan penyakit.

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru,simpanan kalsium lesi sembuh primer ,efusi cairan,akumulasi udara,area cavitas,area nfibrosa dan penyimpanan struktur mediastinal.

Hasil positif dapat menunjukkan serangan ekstapulmonal.



Positif untuk granuloma TB,adanya giant cell menunjukkan nekrosis


Indikator stabilitas biologik penderita,respon terhadap pengobatan dan prediksi tingkat penyembuhan,sering meningkat pada proses aktif.
Menggambar status imunitas penderita (normal atau supresi).
Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan ada TB paru kronis luas.
Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerussakan paru.

Penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang mati,peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,penurunan satu rasi oksigen sebagai akibat dan infiltrasi parenkim atau fibrosa,kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.



J.  Penatalaksanaan
a.    Pengobatan
       Tujuan pengobaatan pada penderita TB selaiin mengobati,untuk mencegah kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OATMserta memutuskan mata rantai penularan.Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru,berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.
            Mekanisme kerja Obat Anti-Tuberculosis (OAT)
a.    Aktivitas bakterisidal,untuk bakteri yang membelah cepat
·         Ekstraseluler,jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Streptomisin (S)
·         Intraseluler ,jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
b.    Aktivitas sterilisasi,terhadap the persisters (bakteri semidormant)
·         Ekstaseluler,jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid.
·         Intraseluler,untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid.Untuk very slowly growing bacilli,digunakan Pirazinamid (Z).
c.    Aktivitas bakteriostatis,obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam (BTA).
·         Ekstaseluler,jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E),asam para-amino salisilik (PAS),dan sikloserine.
·         Intraseluler,kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu :
1.    Tahap awal (intensif)
§  Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
§  Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
§  Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2-3 bulan.
2.    Tahap lanjutan
§  Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
§  Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah :
(Depkes RI,2004)
       Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebuh dahulu berdasarkan lokasi TB,berat ringannya penyakit,hasil pemeriksaan bakteriologi ,apusan sputum,dan riwayat pengobatan sebelumnya.Di samping itu,perlu pemahan stretegi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS).
            DOTS yang direkomendasikan oleh WHO terdiri  atas lma komponen:
1.    Adanya komitmen oliitis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
2.    Diagnosa TB melalui diagnosa sputum secara mikroskopik langsung,sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya sepeti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3.    Pengobatan TB dengan pauan OAT jangka pendek di bawa pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO),khususnya dalam dua bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4.    Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
Untuk program nasional pemberantas  TB paru,WHO menganjurkan paduan obat yang sesuai dengan kategori penyakitnya.Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam program.
Untuk itu,penderita dibagi dalam 4 kategori sebagai berikut:
1.    Kategori 1
            Kategori 1 ialah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis,TB milier,perikardis,peritonitis,pleuritis pasif,spondiolitis dengan gangguan neurologis,dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas.
            Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikans setiap hari selama 2 bulan.Bila selama 2 bulan sputum menjadi negatif,maka dimulai dari fase lanjutan .Bila setelah  2 bulan sputum masih tetap positif,maka fase intensif di perpanjang 2-4 minggu lagi(dalam program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat sisipan),kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau belum.Fase lanjutannya adlah 4 HR atau 4 H3R3.Pada penderita meningitis,TB Meluer,spondiolitis dengan kelainan neurologis,fase lanjutan diberikan lebih lama,yaitu 6-7 bulan hingga total pengobatan 8-9 bulan.Sebagai alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.

2.    Kategori II
            Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum masihpositif.Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE.Bila setelah fase intensif sputum menjadi negatif,baru diteruskan ke fase lanjutan.Bisa setelah 3 bulan sputum masih tetap positif,maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE (juga dikenal sebagai obat sisipan).Bila 4 bulan sputum masih saja positif,maka pengobatan dihentikan 2-3 hari.Kemudian,periksa biakan dan uji resistensi lalu pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan.
            Bila penderita mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata bakteri masih sensitif terhadap semua obat dan setelah fase intensig spuutumm menjadi negatif maka fase lanjutan dapat  di ubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat.Bila data menunjukkan resistensi terhadap H atau R,maka fase lanjutan harus di awasi denga ketat.Tetapi jika data menunjukkan resitensi terhadap H dan R,maka kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil.Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 Bila dapatdilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan pengawasan.
3.    Kategori III
            Kategori III adalah kasus dengan sputum negatif tetapimkelainan parunya tidakluas dan kasus TB di luar paru selain yang di sebut dalam kategori I.Pengobatan yang diberikan:
a.    2 HRZ/6 HE
b.    2 HRZ/4 HR
c.    2 HRZ/ 4 H3R3
4.    Kategori IV
            Kategori IV adalah tuberkulosis kronis .Prioritas pengobatan rendah karena kemungknan keberhasilan pengobatan kecil sekali.Untuk negara kurang mampu segi kesehatan masyarakat,dapat diberikan H saja seumur hidup.Untuk negara maju atau pengobatn secara individu dapat dicoba pemberian obat berdasarkan uji resisten atau obat lapis kedua seperti Quinolon, Ethiomide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin dan sebagainya.

J. Pengkajian
1.    Biodata
        Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur,mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan yang hampir sama. Biasanya timbul dilingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam rumah.
        Tuberkulosis paru (TB) pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1. TB luar paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah masa remaja, dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada orang dewasa ( sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru). Dari aspek sosiekonomi, penyakit tuberkulosis paru sering diderita oleh klien dari golongan ekonomi menengah kebawah.

2.    Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain sebagai berikut.
·         Demam : subfebris,febris (40-41oC) hilang timbul.
·         Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang,dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (>3 minggu).
·         Sesak napas : timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai setengah paru.
·         Nyeri dada: jarang ditemukan,nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai kepleura , sehingga menimbulkan pleuritis.
·         Malaise: ditemukan berupa anoreksia,nafsu makan dan berat badan menurun,sakit kepala,nyeri otot,serta berkeringat pada malam tanpa sebab.
·         pada atelektasis terdapat gejala berupa: sianosis,sesak napas, dan kolaps. Bagian dad pada klien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada foto torak tampak bayangan hitam pada sisi yang sakit dan diafragma menonjol ke atas.
·         Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

3.    Pemeriksaan fisik
        Pada tahap dini klien seringkali tidak menunjukan kondisi tuberkulosis. Tanda dan gejala baru dapat terlihat pada tahap selanjutna berupa:
·         sistemik
            Akan ditemukan malaise, anoreksia, penurunan berat badan,dan keringat malam. Pada kondisi akut diikuti gejala demama tinggi seperti flu dan menggigil, sedangkan pada TB milier timbul gejala seperti demam akut,sesak napas,sianosis, dan konjungtiva dapat terlihat pucat karena anemia.

·         Sistem pernapasan
                                 a.    Ronchi basah,kasar dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan produksi secret   pada saluran pernapasan.
                                 b.    Hipersonor/timpani bila terapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi             memberikan suara sedikit gemuruh (umforik)   
                                 c.    Tanda-tanda adanya infiltrate luas atau konsolidasi, terdapat fremitus mengeras.
                                 d.    Pemeriksaan ekspansi pernapasan ditemukan gerakan dada asimetris.
                                 e.    Pada keadaan lanjut  terjadi atropi,retraksi interkostal,dan fibrosis.
                                  f.    Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).
                                 g.    Bentuk dinding dada pectus karinatum.

·         Sistem pencernaan
          Meningkatknya sputum pada saluran napas secara tidak langsung akan mempengaruhi system persarafan khususnya saluran cerna. Klien mungkin akan mengeluh tidak nafsu makan dikarenakan menurunnya keinginan untuk makan, disertai dengan batuk,pada akhirnya klien akan mengalami penurunan berat badan yang signifikan ( badan terlihat kurus).

4.    Pemeriksaan penunjang
·         kultur sputum: menunjukan hasil positif untuk mycobacterium tuberculosis pada stadium aktif.
·         Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid): positif untuk bakteri tahan asam (BTA).
·         Skin test (PPD,Mantoux,Tine,Vollmer patch): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih,timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindifikasi penyakit sedang aktif.
·         Foto rontgen dada (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mendindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
·         Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF,serta biopsy kulit): menunjukan hasil positif untuk mycobacterium tuberculosis.
·         needle biopsy of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang mengidikasikan nekrosis.
·         Elektrolit mungkn abnormal bergantung pada lokasi dan bertanya infeksi,misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air,mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
·         ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi,berat,dan sisa kerusakan paru.
·         Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untk melihat kerusakan paru karena TB.
·         Darah: leukositosis,laju endap darah (LED) meningkat.
·         Tes fungsi paru: VC menurun,dead space meningkat, TLC meningkat, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infitrasi prenkim paru dan penyaki pleura.

5.    Penatalaksanaan
            Penatalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif  yang meliputi cara-cara seperti berikut ini.
·         Penyuluhan .
·         Pencegahan.
·         Pemberian obat-obatan,seperti:
                                  a.    OAT (Obat Anti-Tuberkulosis);
                                  b.    Bronkodilator;
                                  c.    Ekspektoran;
                                  d.    OBH; dan
                                  e.    Vitamin.
·         Fisioterapi dan rehabilitasi
·         Konsultasi secara teratur




K. Diagnosa Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


NOC
v  Respiratory Status: Ventilation
v  Respiratory Status: airway patency

Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  mampumengefektifkan bersihan jalan nafas dengan kriteria hasil :

v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
v  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
v  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang menghambat jalan nafas.   
NIC
Airway suction
-  Auskultasi  suara nafas sebelum dan sesudah suction.
-  Informasikan kepada klien dan keluarga tentang suction.
-  Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
-  Monitor status O2 klien
-  Hentikan suction apabila klien menunjukkan Bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll.

Airway Management
-  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-  Posisikan klien untuk memksimalkan ventilasi
-  Identifikasi klien perlunya pemasangan alat nafas buatan
-  Lakukan fisio terapi dada
-  Keluarkan sekret dengan batuk atau saction
-  Monitor respirasi  dan status O2.
2
Ketidak efektifan pola nafas


NOC
v  Respiratory status : ventilasi
v  Respiratory status : Airway patency
v  Vital sign status

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  pola nafas kembali normal dengan kriteria hasil :

v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
v  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
v  Tanda- tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan )

NIC
Airway management
-  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-  Posisikan klien untuk memksimalkan ventilasi
-  Identifikasi klien perlunya pemasangan alat nafas buatan
-  Lakukan fisio terapi dada
-  Keluarkan sekret dengan batuk atau saction
-   Monitor respirasi  dan status O2.

Oxygent Therapy
-   Bersihkan hidung, mulut dan secret trakea
-   Pertahankan jalan nafas yang paten
-   Monitor aliran O2
-   Pertahankan posisi klien
-   Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
-   Monitor adanya kecemasan klien terhadap oksigenasi

Vital sign motoring
-   Monitor TD, nadi, suhu dan RR.
-   Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-   Monitor frekuensi dan irama pernafasan
-   Monitor suara paru
-   Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
-   Monitor sianosi perifer
-   Monitor pola pernafasan abnormal
-   Identifikasi penyebab perubahan vital sign.

3
Gangguan Pertukaran Gas

NOC
v  Respiratory status : Gas Exchange
v  Respiratory status : Ventilation
v  Vital sign status

Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  pertukaran gas normal dengan kriteria hasil :

v  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
v  Memelihara kebersihan paru- paru dan bebas dari distres pernafasan
v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
v   Tanda- tanda vital dalam rentang normal
NIC
Airway Management
-   Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-   Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
-   Lakukan fisioterapi dada bila perlu
-   Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-   Auskultasi adanya suara nafas tambahan, catat adanya suara nafas tambahan
-   Monitor repirasi dan O2

Respiratory Monitoring
-     Monitor rata- rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
-   Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot  supraclavicular, dan intercostal.
-   Monitoe suara nafas seperti mendengkur
-   Monitor suara nafas : bradipneu, takipneu, kussmaul, hiperventilasi, seyne stokes, biot
-   Auskultasi suara paru setelah dilakukan tindakan untuk mengetahui hasilnya

4
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC
v  Nutrional status : Food and fluid intake
v  Nutrional status : nutrient intake
v  Weight control

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil:

v  Adanya peningkata berat badan sesuai dengan tujuan
v  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
v  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
v  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition Management
-   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumblah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
-   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vit. C
-   Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
-   Berikan informasi tentang nutrisi
-   Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition monitoring
-   BB klien dalam batas normal
-   Monitor pertumbuhan dan perkembangan
-   Monitor pucat, kemerahan,dan kekeringan jaringan konjungtiva
-   Monitor turgor kulit
-   Monitor kalori dan intake nutrisi



5
Hipertermi

NOC
Thermoregulation

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria hasil:

v  Suhu tubuh dalam rentang normal
v  Nadi dan RR dalam rentang normal
v  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC
Fever Treatment
-       Monitor suhu sesering mungkin
-       Monitor IWL
-       Monitor warna dan suhu kulit
-       Monitor penurunan tingkat kesadaran
-       Monitor intake dn output
-       Berikan pegobatan untuk mengatasi demam kolaborasi pemberian terapi intravena
-       Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
-       Monitor suhu minimal 2 jam
-       Rencanakan monitoring secara kontinyu
-       Monitor TD, Nadi dan RR
-       Monitor warna dan suhu
-       Monitor tanda- tanda hipertermi dan hipotermi
-       Selimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
-       Berikan anti piretik bila perlu 



























                                                           


DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU

Tahap I
Pengetahuan
Tahap II
Tindakan
Tahap III
Pencegahan berulang
Tahap IV
Pertemuan keluarga
Tahap V
Rencana Tindak Lanjut
Objektif

Evaluasi
Objektif
Evaluasi
Objektif
Evaluasi
Objektif
Evaluasi
Objektif
Evaluasi
¨  Pengertian TB



¨  Penyebab TB





¨  Tanda & Gejala
TB


¨  Penatalak sanaan



¨  Komplikasi




¨  Cara Penularan




¨  Pencega
         han




¨  Diagnosis TB
- Darah
- Rontgen
- Sputum
- Mantoux Test
Bagaimana anda mengetahui bahwa penyakit yang anda rasakan berulang ?

Apa yang anda lakukan bila mengalami batuk lama lebih dari 3 mg atau disertai batuk darah

Berapa lama anda akan minum obat jika mengalami sakit seperti ini ?

Apa yang akan terjadi bila anda tidak menuntaskan minum obat

Bagaimana anda bisa terkena penyakit ini ?


Apa yang anda lakukan agar penyakit ini tidak menular kepada yang lain ?

Apa yang anda lakukan untuk memastikan bahwa anda terkena penyakit paru ?





¨ Napas dalam
¨ Batuk efektif
¨ Relaksasi
¨ Posisi







Apa yang anda lakukan bila anda merasakan dahak kental dan sulit keluar, dan sesak nafas  ?

¨  Nutrisi




¨  Obat



¨  Lingkungan

Makanan apa yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh

Apa yang anda lakukan bila lupa minum obat ?

Bagaimana upaya anda untuk menciptakan lingkungan yang sehat untuk penderita TB Paru ?



¨  Pengawasan Obat


¨  Support system
Siapa yang akan menjadi PMO pasien?


Apa yang akan PMO lakukan bila pasien malas minum obat Apa yang keluarga lakukan agar mendapatkan dukungan untuk pengobatan sampai tuntas  ?
1.       Menentukan sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
2.       Menentukan jadwal minum obat
Puskesmas atau rumah sakit ?





JUMP 7
DAFTAR PUSTAKA
Gleade Jonathan.2005. At a glance anamnesis dan pemeriksaan           fisik.Jakarta:Erlangga

Harwina Widya Astuti dan Angga Saeful Rahmat.2010.Asuhan Keperawatan anak    dengan gangguan sistem pernafasan.Jakarta:Trans Info Media

Mandal B.K dkk.2006.Penyakit infeksi.Jakarta:Erlangga

Muchid, Abdul.2005.pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis
Muttaqin, Arif.2010.Pengkajian keperawatan aplikasi pada penyakit        klinik.jakarta:Salemba medika

Muttaqin, Arif.2008.Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem        pernafasan.Jakarta:Salemba medika

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia
Price, dkk.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume       1 dan 2.Jakarta:ECG

Somantri, Irman.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan     Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika

Widoyono.2008.Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.Jakarta:Erlangga

Widoyono.2011.Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya Edisi kedua.Jakarta:Erlangga


Sumber Internet :

Uyung Pramudiarja.2012. Komplikasi yang Bisa Muncul Karena TBC.        health.detik.com/read/2012/03/16/105946/1868974/763/komplikasi-yang-bisa- muncul-karena-tbc, 10 Desember 2015






0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved