Breaking News
Loading...
Wednesday, 2 March 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      DEFINISI
     Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam (Juffrie, 2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011). Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis dibedakan menjadi tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diarepersisten (WHO, 2000).
B.       ANATOMI DAN FISIOLOGI
          Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Adapun sistem organ pencernaan atau sistem gastrointestinal yaitu :
              a.          Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
b.    Tenggorokan (Faring)
       Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
c.     Kerongkongan (Esofagus)
       Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
d.    Lambung
       Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu : kardia, fundus, antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e.    Usus halus (usus kecil)
       Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1.      Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
2.      Usus kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
3.      Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
f.          Usus Besar (colon)
     Usus besar atau colon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri) dan Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
g.    Usus Buntu (sekum)
     Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian colon menanjak dari usus besar.
h.    Umbai Cacing (appendix)
       Umbai cacing atau appendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
i.   Anus (rektum)
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot springter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses buang air besar ( defekasi)  yang merupakan fungsi utama anus.
C.       ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1.    Faktor infeksi
a.    Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal sebagai berikut
1.    Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb
2.    Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, poliomyelitis ), adenovirus, rotavirus, dll.
3.    Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ), jamur ( candida albicans )
b.    Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti otitis media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.
2.    Faktor malabsorbsi
                       a.     Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
                       b.     Malabsorbsi lemak
                       c.     Malabsorbsi protein
3.    Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
D.      PATOFISIOLOGI
     Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air menjadi lambat.Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1.    Kehilangan air (dehidrasi) terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari pemasukan air, hal ini merupakan penyebab kematian pada diare.
2.    Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel ke dalam intrasel. Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan kussmaul.
3.  Gangguan sirkulasi terjadi sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi kematian.
E.       PATHWAY
F.        MANIFESTASI KLINIS
     Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), menyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh atau sering kali disebut dengan diare, maka diare dapat dibagi menjadi :
1.    Diare tanpa dehidrasi
     Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2.    Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
     Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3.    Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
     Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
4.    Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
     Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
G.      KOMPLIKASI
                        Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik ( Ciesla et al, 2003)
            Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul tubular nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004)
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates (2001), adapun komplikasi diare yaitu:
1.    Dehidrasi
2.    Renjatan hipovolemik
3.    Kejang
4.    Bakterimia
5.    Maltrunisi
6.    Hipoglikemia
7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
H.   PENATALAKSANAAN
1.      Medis
                            a.      Pemberian cairan
1)      Cairan per oral : pada pasien  dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K dan glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
2)      Cairan parenteral :
                                                   a.     Untuk  dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral 125 ml/kgBB
                                                   b.     Untuk  dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral  125 ml/kg BB
                                                   c.     Untuk dehidrasi berat
1.     Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
a)      1 jam pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10 tetes/kg BB/menit
b)      7 jam berikutnya diberikan 12 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit
c)      16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan dengan cairan  intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
2.    Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
a)      1 jam pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit atau 10 tetes/kgBB/menit
b)      7 jam kemudian diberikan 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan cairan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
3.     Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg
a)    1 jam pertama diberikan 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes /kgBB/menit
b)   16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kg BB oralit per oral
                                b.     Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada pasien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan  memberikan ASI, bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta makanan harus bersih.
                                 c.     Obat-obatan
1.    Obat anti spasmolitik
2.    Obat antibiotik
2.      Keperawatan
a.    Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi dan psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg adalah :
1)        Identitas pasien
2)        Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan awal yaitu gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
Keluhan utama yaitu Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3)        Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4)        Riwayat kesehatan keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5)        Kebutuhan dasar.
a)         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b)        Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c)         Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d)        Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e)         Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6)        Pemerikasaan fisik.
a)         Head to toe
b)        Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
c)         Pemeriksaan sistematik :
1)        Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan
2)        Perkusi : adanya distensi abdomen
3)        Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
4)        Auskultasi : terdengarnya bising usus
5)        Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
7)        Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
I.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2.    Hipertermia b.d proses penyakit
3.    Nyeri akut b.d agen injury biologis
J.    INTERVENSI KEPERAWATAN

NO
Diagnosa Keperawatan
PLANING (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Ø  Fluid balance
Ø  Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, resiko kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Ø  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal,HT normal
Ø  Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Ø  Tanda tanda vital normal

Ø  Fluid Management
1.      Monitor tanda – tanda vital
2.      Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa,nadi adekuat,tekanan darah ),
3.      Monitor masukan makanan/cairan
4.      Kolaborasikan pemberian cairan IV
5.      Kolaborasikan dengan dokter
·      Infus Rl 25tpm

2






Hipertermia b.d proses penyakit

Ø  Thermoregulation
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan Pasien mengalami keseimbangan suhu tubuh dengan kriteria hasil :
Ø  Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5-37,5 c
Ø  Nadi dan RR dalam rentang normal
Ø  Tidak ada perubahan warna kulit
Ø  Tidak pusing

Ø  Fever Treatment
1.      Monitor tanda – tanda vital
2.      Monitor masukan makanan/cairan
3.      Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
4.      Kolaborasi dengan dokter
·         Berikan Infus Sanmo 1000mg K/p
3
Nyeri akut b.d agen injury biologis

Ø  Pain level
Ø  Pain control
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang kriteria hasil :
dengan
Ø  Mampu mengontrol nyeri
Ø  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Ø  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Ø  Pain Management
1.      Monitor tanda-tanda vital
2.      Lakukan pengkajian yang komprehensif (meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
3.      Berikan posisi yang nyaman
4.      Ajarkan teknik non farmakologi misalnya relakssasi, distraksi, nafas dalam
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anlagetik

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved