Breaking News
Loading...
Monday, 24 February 2014

PERILAKU RIDHA



PERILAKU RIDHA

A.    PENGERTIAN RIDHA
Ridha (رِضَى ) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Ridha adalah perasaan lega atau kepuasan seseorang terhadap hasil prestasi yang diraih atau terhadap hasil keputusan yang diberikan oleh Allah sebagai takdir-Nya, dan atau terhadap keputusan pihak lain yang harus ia terima karena sesuai dengan prinsip keadilan. Rida dapat juga diartikan sebagai kebahagiaan hati dalam menerima sebuah ketetapan (takdir).
Hadis Nabi saw.menegaskan bahwa seorang mukmin yang ingin meraih manisnya iman dan nikmatnya harus memiliki sikap rida terhadap tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a.       Ridha menjadikan Allah sebagai Tuhan.Maksudnya menyembah dan menaati segala aturan-Nya dan menjauhi segala Larangan-Nya.
b.      Ridha dalam menjadikan Islam sebagai agamanya yang ia taati segala aturannya.
c.       Ridha dalam menjadikan Muhammad sebagai utusan Allah yang ia pautuhi segala nasihat dan sabdanya.
Dalam kehidupan ini seseorang harus mampu menampilkan sikap ridha minimal dalam empat hal:
a.       Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98) ayat 8.
b.      Ridha terhadap taqdir Allah.
Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
c.       Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
      Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Menaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
B.     DALIL-DALIL MENGENAI PERILAKU RIDHA
Al Baqarah : 260
260. dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[165] Pendapat diatas adalah menurut At-Thabari dan Ibnu Katsir, sedang menurut Abu Muslim Al Ashfahani pengertian ayat diatas bahwa Allah memberi penjelasan kepada Nabi Ibrahim a.s. tentang cara Dia menghidupkan orang-orang yang mati. Disuruh-Nya Nabi Ibrahim a.s. mengambil empat ekor burung lalu memeliharanya dan menjinakkannya hingga burung itu dapat datang seketika, bilamana dipanggil. Kemudian, burung-burung yang sudah pandai itu, diletakkan di atas tiap-tiap bukit seekor, lalu burung-burung itu dipanggil dengan satu tepukan/seruan, niscaya burung-burung itu akan datang dengan segera, walaupun tempatnya terpisah-pisah dan berjauhan. Maka demikian pula Allah menghidupkan orang-orang yang mati yang tersebar di mana-mana, dengan satu kalimat cipta hiduplah kamu semua pastilah mereka itu hidup kembali. Jadi menurut Abu Muslim sighat amr (bentuk kata perintah) dalam ayat ini, pengertiannya khabar (bentuk berita) sebagai cara penjelasan. Pendapat beliau ini dianut pula oleh Ar Razy dan Rasyid Ridha.
C. CONTOH PERILAKU RIDHA
a.       Bersyukur kepada Allah terhadap nikmat yang telah di berikan atau prestasi yang  telah di peroleh, sebagai sebuah ungkapan kerelaan hati yang mendalam.
b.      Bersabar dalam hati terhadap musibah yang telah menimpa dengan penuh kesadaran bahwa musibah atau bencana tersebut  merupakan takdir yang harus diterima dengan penuh lapang dada.
c.       Terus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk meraih prestasi yang lebih baik sebagai keridaan sekaligus harapan terhadap ke mahamurahan Allah SWT.
d.      Menerima dengan penuh kerelan setiap takdir yang Allah tentukan sebagai bagian dari keimanan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dibalik setiap takdir baik atau buruk selalu tersimpan rahasia dan hikmah yang amat berharga.
e.       Berfikir positif terhadap setiap hasil usaha yang maksimal atau prestasi kerja yang optimal dengan semangat evaluasi dengan semangat evaluasi untuk memperbaiki diri.
D. MEMBIASAKAN PERILAKU RIDHA
Seseorang sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
a)      Menyadari pentingnya rida dalam kehidupan pribadidan eluarga serta manfaatnya bagi masyarakat. Dengan kesadaran ini, diharapkan ia dapat membentuk karakter rida di dalam dirinya.
b)      Memahami bahwa apa yang di takdirkan oleh Allah SWT. Adalh pilihan terbaik-Nya dengan memahami pilihan tersebut, seseorang akan selalumengupayakan prilaku rida di dalam dirinya
c)      Berfikir psotif atau berbaik sangka terhadap takdir Allah yang baik atau yang buruk.
d)     Tetap optimis terhadap hasil prestasi  yang kurang baik, kemudian menjadikannya sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki dirinya.
C.     Selalu berupaya untuk tidak membenci kegagalan, kemalangan, atau musibah, meskipun belum bisa rida sepenuhnya terhadap hal-hal buruk tersebut.

Coretaniwin


0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved