PERILAKU RIDHA
PERILAKU RIDHA
A. PENGERTIAN RIDHA
Ridha (رِضَى ) menurut kamus al-Munawwir artinya
senang, suka, rela. Ridha adalah
perasaan lega atau kepuasan seseorang terhadap hasil
prestasi yang diraih atau terhadap hasil keputusan yang diberikan oleh Allah sebagai
takdir-Nya, dan atau terhadap keputusan pihak lain yang harus ia terima karena
sesuai dengan prinsip keadilan. Rida dapat juga diartikan sebagai kebahagiaan
hati dalam menerima sebuah ketetapan (takdir).
Hadis Nabi saw.menegaskan bahwa seorang mukmin yang
ingin meraih manisnya iman dan nikmatnya harus memiliki sikap rida terhadap
tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a. Ridha menjadikan
Allah sebagai Tuhan.Maksudnya menyembah dan menaati segala aturan-Nya dan
menjauhi segala Larangan-Nya.
b. Ridha dalam
menjadikan Islam sebagai agamanya yang ia taati segala aturannya.
c.
Ridha dalam menjadikan Muhammad sebagai
utusan Allah yang ia pautuhi segala nasihat dan sabdanya.
Dalam kehidupan ini seseorang harus mampu menampilkan
sikap ridha minimal dalam empat hal:
a.
Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya
ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha
terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98) ayat 8.
b.
Ridha terhadap taqdir Allah.
Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib
r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau
tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua
orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam
haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah
swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan
barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku
atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang
ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha
merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan
kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha
adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian,
sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan
ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan
ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam
sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian
adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah
melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal
dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’
berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila
memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan
rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha,
hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang
tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam
situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke
15)
c. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha
terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah
Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
Ridha terhadap peraturan dan
undang-undang negara
Menaati peraturan
yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59
berikut
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
B. DALIL-DALIL MENGENAI PERILAKU RIDHA
Al Baqarah : 260
260. dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim
menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor
burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu
letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu,
kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera."
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[165] Pendapat diatas adalah menurut At-Thabari dan
Ibnu Katsir, sedang menurut Abu Muslim Al Ashfahani pengertian ayat diatas
bahwa Allah memberi penjelasan kepada Nabi Ibrahim a.s. tentang cara Dia
menghidupkan orang-orang yang mati. Disuruh-Nya Nabi Ibrahim a.s. mengambil
empat ekor burung lalu memeliharanya dan menjinakkannya hingga burung itu dapat
datang seketika, bilamana dipanggil. Kemudian, burung-burung yang sudah pandai
itu, diletakkan di atas tiap-tiap bukit seekor, lalu burung-burung itu
dipanggil dengan satu tepukan/seruan, niscaya burung-burung itu akan datang
dengan segera, walaupun tempatnya terpisah-pisah dan berjauhan. Maka demikian
pula Allah menghidupkan orang-orang yang mati yang tersebar di mana-mana,
dengan satu kalimat cipta hiduplah kamu semua pastilah mereka itu hidup
kembali. Jadi menurut Abu Muslim sighat amr (bentuk kata perintah) dalam ayat
ini, pengertiannya khabar (bentuk berita) sebagai cara penjelasan. Pendapat
beliau ini dianut pula oleh Ar Razy dan Rasyid Ridha.
C. CONTOH PERILAKU RIDHA
a.
Bersyukur kepada Allah terhadap nikmat yang telah di berikan atau prestasi
yang telah di peroleh, sebagai sebuah
ungkapan kerelaan hati yang mendalam.
b.
Bersabar dalam hati terhadap musibah yang telah menimpa dengan penuh kesadaran
bahwa musibah atau bencana tersebut
merupakan takdir yang harus diterima dengan penuh lapang dada.
c.
Terus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk meraih prestasi yang lebih baik
sebagai keridaan sekaligus harapan terhadap ke mahamurahan Allah SWT.
d.
Menerima dengan penuh kerelan setiap takdir yang Allah tentukan sebagai bagian
dari keimanan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dibalik setiap takdir baik atau
buruk selalu tersimpan rahasia dan hikmah yang amat berharga.
e.
Berfikir positif terhadap setiap hasil usaha yang maksimal atau prestasi kerja
yang optimal dengan semangat evaluasi dengan semangat evaluasi untuk
memperbaiki diri.
D. MEMBIASAKAN PERILAKU RIDHA
Seseorang sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
a)
Menyadari pentingnya rida dalam kehidupan pribadidan eluarga serta manfaatnya
bagi masyarakat. Dengan kesadaran ini, diharapkan ia dapat membentuk karakter
rida di dalam dirinya.
b)
Memahami bahwa apa yang di takdirkan oleh Allah SWT. Adalh pilihan terbaik-Nya
dengan memahami pilihan tersebut, seseorang akan selalumengupayakan prilaku
rida di dalam dirinya
c)
Berfikir psotif atau berbaik sangka terhadap takdir Allah yang baik atau yang
buruk.
d) Tetap
optimis terhadap hasil prestasi yang
kurang baik,
kemudian menjadikannya sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki dirinya.
C. Selalu
berupaya untuk tidak membenci kegagalan, kemalangan, atau musibah, meskipun
belum bisa rida sepenuhnya terhadap hal-hal buruk tersebut.
Coretaniwin
0 comments:
Post a Comment