Breaking News
Loading...
Monday, 18 April 2016

komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas (postnatal)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah dengan judul “ komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas (postnatal)” ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka salah satu syarat untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar II. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari dosen pembimbing. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat.



Banjarmasin, 21 April 2015

Penulis













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................          
DAFTAR ISI......................................................................................................................          
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................          
1.1.Latar Belakang...................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................          
1.3.Tujuan................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1. Konsep komunikasi terapeutik perawat............................................................          
2.2. Peran perawat dalam masa postnatal................................................................          
2.3. Tujuan komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas dan keluarga................          
BAB III PENUTUP............................................................................................................          
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................          











BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
 
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut. 
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap melakukan komunikasi dengan pasien.  Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan  profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra  profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

1.2.        Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep komunikasi terapeutik perawat ?
2. Bagaimana peran perawat dalam masa postnatal ?
3. Apa tujuan komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas dan keluarga ?

1.3.        Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep komunikasi terapeutik perawat
2. Mendeskripsikan peran perawat dalam masa postnatal
3. Mendeskripsikan tujuan komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas dan keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep komunikasi terapeutik perawat
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan  profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra  profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong  proses  penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

2.2. Peran Perawat dalam Masa postnatal
  1. Perawat harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih seperti semula.
  2. Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas.

  1. Dukungan
Ibu dalam masa nifas membutuhkan dukungan dari petugas kesehatan untuk memberikan asuhan kesehatan.
4.      Informasi dan konseling
Pengasuhan anak,pemberian ASI,perubahan fisik, tanda tanda infeksi, kontrasepsi, hygiene, dan seks.

2.3. Tujuan komunikasi terapeutik perawat pada ibu nifas dan keluarga
  1. Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara menjaga kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-organ reproduksi.
  2. Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu tindakan khususnya dana.
  3. Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
  4. Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut.











BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN







0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Coretaniwin All Right Reserved